Sabtu, 19 Juni 2010

Diary of 7-3 Student Part 5: Berbagi Mimpi

Diary of 7-3 Student Part 5: Berbagi Mimpi


Rio mengetuk pintu depan rumah besar itu. Tidak lama kemudian seorang cewek, kelihatannya lebih tua 2-3 tahun dari Rio, membukakan pintu.

“Cari siapa ya?” Tanya cewek itu.

“Um… Ify ada?” Rio balik bertanya.

“Oh temennya Ify. Ada. Masuk yuk. Oh iya, gue Zevana. Kakaknya Ify.” Zevana membuka pintu lebih lebar dan membiarkan Rio masuk.

“Gue Rio kak.” Kata Rio sambil melihat-lihat ruang tamu rumah Ify yang luas.

“Oh elo yang namanya Rio. Ify sering cerita tentang lo sama gue. Duduk aja.” Zevana menunjuk ke sofa kuning yang ada disitu.

“Sebelum gue panggil orangnya, gue mau nanya dikit sama lo boleh?” Zevana duduk di sofa di seberang Rio.

“Boleh kak. Nanya apa?” Rio memandang Zevana waswas. Nada suara kakak satu-satunya Ify itu benar-benar serius.

“Kemaren Ify kenapa?” Tanya Zevana.

“Ify… Dia dikurung di kamar mandi kak sama temennya.” Rio menunduk, tidak berani menatap Zevana.

“Berapa lama?” Tanya Zevana lagi.

“Kira-kira satu jam kak.”

“Pantes aja pulang-pulang tuh anak gitu.” Bisikan Zevana ini membuat Rio mengangkat kepalanya takut-takut, memandang Zevana yang terlihat benar-benar gelisah.

“Emang Ify kenapa kak?” Tanya Rio.

“Ify sakit hemophilia. Dulu, dia bener-bener dilarang kemana-mana sama mama dan papa. Tapi Ify anaknya bandel banget. Dia sering kabur dari pengawasan mama.” Zevana memulai ceritanya.
“Waktu Ify 7 tahun, dia kabur dari pengawasan mama dan pergi ke taman. Disana
dia liat beberapa anak pake seragam SD. Kata Ify anak-anak itu keliatan ceria
banget. Terus Ify pulang. Sampe dirumah, Ify bilang dia mau sekolah. Akhirnya
mama turutin kemauan Ify. Tapi dia cuma boleh home schooling.

"Waktu Ify kelas 4 SD, kami sekeluarga nginep di Puncak. Deket villa ada hutan. Gue dan Ify diingetin supaya gak kesana, bahaya. Tapi malemnya Ify kabur ke hutan. Gue yakin dia gak mau masuk terlalu jauh ke dalem hutan. Tapi ternyata Ify nyasar. Dan itu bikin keluarga gue panik setengah mati. Apalagi pas gue sadar kalo Ify nggak pake
jaket, cuma pake kaos sama legging.

"Akhirnya kami cari Ify. Papa bilang jangan
panggil polisi dulu. Mungkin Ify nggak jauh. Akhirnya gue berhasil nemu Ify di
hutan. Tapi dia pingsan. Gak luka, tapi pingsan. Ify kena hipotermia. Bibirnya
udah biru pas gue nemu dia.

"Sejak saat itu mama makin protektif sama Ify. Ify
harus bujukin mama abis-abisan supaya dia diijinin masuk SMP Melodi. Kayaknya
kejadian kemaren udah bikin hipotermia Ify kambuh. Dia gak mau cerita, tapi gue
tau. Keliatan tanda-tandanya. Dan Ify juga dehidrasi. Untung mama lagi ikut
papa ngurusin perusahaan di Australi. Kalo nggak, Ify pasti gak boleh keluar
rumah lagi.” Zevana mengakhiri ceritanya.

Rio benar-benar terkejut dengan riwayat hidup Ify ini. Ify ‘kan benar-benar ceria! Cewek itu ‘kan benar-benar semangat tentang semua hal! Masa sih cewek seceria Ify menderita hemophilia dan
hipotermia? Pikir Rio ragu.

“Kok Ify bisa main gitar kak? Bukannya senar gitar bisa ngelukain jarinya?” Rio akhirnya menemukan celah yang membuktikan bahwa Ify sehat-sehat saja.

“Gitarnya pake senar khusus. Senar itu gak akan bikin jarinya luka. Tapi Ify tetep sering ngebandel. Dia tetep minjem gitar temen-temennya yang pake senar biasa.” Zevana menjelaskan. *Asli,
soal senar ini penulis ngarang abis. Sebenernya gak tau apa-apa soal gitar.
Mainnya aja baru belajar.*

Rio melanjutkan mencari celah cerita Zevana, meskipun dia tahu dia tidak akan menemukannya.

“Rio.” Panggil Zevana membuyarkan lamunan Rio.

“Iya kak?”

“Gue titip Ify ya. Gue mohon banget. Meskipun ceria, cerewet dan energik banget sebenernya Ify itu lemah. Tapi gue mohon jangan cerita sama temen-temen Ify yang lain soal ini. Gue gak
mau mereka perlakuin Ify kayak orang sakit meskipun emang bener. Gue percaya
sama lo. Gue mohon lindungin Ify selama dia di sekolah ya Yo.” Zevana terlihat
benar-benar gelisah saat mengatakan ini.

“Gue janji gue akan ngelindungin Ify kak.” Jawab Rio menatap lurus mata Zevana menunjukkan kesungguhannya.

“Bagus deh. Gue panggil Ify dulu ya.” Zevana tersenyum sekilas sebelum berlari menaiki tangga, meninggalkan Rio dengan pikirannya.

“Rio?” Panggil Ify kira-kira 5 menit kemudian. Rio mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk dan menemukan Ify berdiri tepat didepannya.

“Hai Fy.” Sapa Rio.

“Kak Zeva udah cerita ya?” Tanya Ify. Dalam suaranya Rio menemukan ketakutan yang agak janggal. Seakan-akan Ify takut… dijauhi karena penyakitnya.

“Udah Fy.” Jawab Rio pelan.

“Rio, gue mohon banget. Jangan cerita sama temen-temen. Gue gak mau.. gue gak mau…” Tangis Ify pecah sebelum selesai berbicara.

“Ify, jangan nangis dong. Gue janji gak akan bilang siapa-siapa.” Rio agak panik. Gimana kalo Kak Zevana liat Ify nangis? Gue ‘kan baru janji mau jagain dia. Pikir Rio.

“Sori Yo. Gue takut kalo anak-anak tau mereka pada ngejauhin gue.” Kata Ify setelah tangisnya mulai reda. Selama beberapa menit mereka diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

“Rio” Ify memecah keheningan. Rio memandang cewek yang duduk disampingnya itu.

“Lo punya impian gak?” Tanya Ify.

“Semua orang punya impian Fy. Tapi gak semua berhasil meraih impiannya.” Jawab Rio.

“Gue punya satu mimpi. Cuma satu. Gue mau bisa kayak anak-anak lain. Mereka bebas. Gak ada yang overprotektif sama mereka. Kalo gue? Ini gak boleh. Itu gak boleh. Percaya deh, mama dan kak Zeva
gak pernah biarin gue masuk dapur sesenti pun. Mereka bilang disana bahaya.
Padahal gue ‘kan juga tau batas. Gue tau mana yang aman mana yang nggak.” Ify
bercerita pelan.

“Mereka sayang sama lo Fy. Mereka gak mau lo kenapa-kenapa. Tapi lo tau gak? Sikap lo disekolah itu udah kayak lo jauh lebih sehat dari anak-anak lain. Makanya mereka merlakuin lo sama kayak
merlakuin yang lain. Lo udah meraih sebagian mimpi lo. Lo berhasil bikin
temen-temen lo nggak overprotektif sama lo.” Kata Rio.

“Gue gak pernah mikir kesitu.”

“Itu salah satu kelemahan lo. Lo cuma mikirin negatifnya aja. Liat positifnya juga dong.” Rio mengetuk kepala Ify pelan. Dia mulai merasa sayang pada cewek ini. Sifat Ify yang ceria lama-lama
meruntuhkan sifat cuek Rio. Dalam diri Rio ada keinginan untuk melindungi Ify.

“Lo sendiri punya mimpi Yo?” Tanya Ify.

“kan gue udah bilang, semua orang punya mimpi.” Jawab Rio.

“Mimpi lo apa?” Tanya Ify lagi.

“Gue cuma punya 2 mimpi. Gue mau bisa bikin ayah bangga. Dari dulu, ayah mau punya anak cewek. Dan ternyata bunda gak bisa punya anak lagi. Dari dulu meskipun ayah keliatan sayang sama
gue, gue ngerasa kalo ayah belom bangga sama gue. Gue berharap bisa nunjukin
sama ayah kalo gue bisa jadi pemenang yang bikin bangga ayah. Yang satu lagi,
gue mau bisa jadi musisi yang hebat. Meskipun gue rasa sekarang paling hebat
gue cuma bisa jadi anggota band kelas yang akan ikut kompetisi di perpisahan
kelas 9 nanti.” Rio mengangkat bahunya.

“Emang ada band kelas?” Tanya Ify.

“Oh iya, tadi lo ‘kan gak masuk. Tiap kelas diminta bikin satu band. Nanti di perpisahan kelas 9, 7-1, 7-2, 7-3, 8-1, 8-2 dan 8-3 akan di adu. Gue sih berharap bisa jadi vokalis atau
gitarisnya. Audisi buat kelas kita lusa, hari Jumat,” Rio menjelaskan. “Fy gue
balik ya? Sebenernya gue Cuma mau nganterin sepeda lo. Udah gue parkirin di depan.”

“Makasih ya Yo. Gue anter lo sampe pintu.” Ify berdiri.

“Besok lo sekolah ‘kan Fy?” Tanya Rio sambil berjalan ke pintu depan.

“Gak tau. Gue rasa kejadian-kejadian kemaren itu bukan kebetulan. Kayaknya ada yang ngerjain gue.” Jawab Ify.

“Soal itu tenang aja. Gue udah tau pelakunya. Dia udah gue bilangin supaya nggak ganggu lo lagi. Jangan tanya orangnya siapa, gue gak akan mau bilang.” Rio sudah kenal sifat Ify yang selalu mau tahu. Bahkan sebelum Ify membuka mulutnya, Rio sudah tahu Ify akan bertanya
tentang pelaku keisengan kemarin yang membuat Ify sakit.

“Tapi gue ragu kak Zeva ngizinin gue sekolah. Sikap overprotektifnya mulai kambuh.” Kata Ify lagi.

“Gue yakin kak Zevana akan ngizinin. Besok pagi gue jemput. Bilang aja sama kak Zevana. Jam setengah delapan udah siap ya.” Kata Rio lalu berjalan ke arah sepedanya dan langsung
pulang.

Saat melihat Rio bersepeda menjauh, Ify merasa makin sayang pada cowok satu itu. Meskipun perasaan sayang itu sudah ada sejak pertama kali Ify melihat Rio.


***


Ify naksir Rio? Trus Alvin gimana?

Kira-kira Zevana ngizinin Ify sekolah gak ya?

Baca lanjutannya di Diary of 7-3 Student Part 6: Overprotektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar