Nova masuk ke kelas 7-3 dengan senyum penuh percaya diri. Di belakangnya, Oik tersenyum malu-malu dan Sivia bahkan sama sekali tidak tersenyum.
“Mana mejanya si Ify itu Nov?” Tanya Sivia.
“Sini.” Nova menarik tangan Sivia dan Oik. Sekarang masih jam 7.30 dan bel masuk jam 8.00. Jadi kelas masih benar-benar kosong dan baru Nova yang sudah datang.
“Olesin nih Nov.” Sivia menyodorkan sebuah toples pada Nova. Nova mengambil toples itu dan mengoleskan cat sablon ungu tebal-tebal di bangku Ify.
“Selesai. Nih lo simpen. Jangan sampe ada yang tau itu punya lo.” Nova mengembalikan toples itu pada Sivia.
Jam 7.50, di kelas 7-3
“Pagi semua!” Sapa Ify ceria pada Alvin, Cakka dan Aren.
“Pagi Fy. Udah ngerjain PR matematika belom? Susah banget nih.” Alvin menggaruk-garuk kepalanya. *Emang Alvin belom keramas?*
“Udah dong. Masa seorang…”
“Fy, jangan duduk di bangku lo.” Panggil Rio tiba-tiba saat Ify mau duduk di bangkunya.
“Emang kenapa?”
“Pokoknya jangan.”
“Why not?” Ify mengangkat sebelah alisnya.
“Terserah aja kalo lo gak mau percaya.” Rio membalikan badannya ke depan lagi. Ify benar-benar heran dengan kelakuan cowok satu ini. Jadi dia duduk di bangkunya tanpa memperdulikan peringatan Rio.
“Nih PR mtk gue.” Ify mengulurkan buku latihan matematikanya.
“Thanks ya Fy. Gue selamet dari hukumannya Pak Dave.” Alvin mengambil buku itu dengan cepat.
“Sama-sama. Ya udah deh. Lo salin aja cepetan.” Kata Ify mengambil iPod pinknya dari tasnya. Masih ada waktu untuk mendengar beberapa lagu sebelum bel masuk.
Pelajaran matematika, 5 menit sebelum bel istirahat.
Pak Dave ada urusan. Jadi kelas 7-3 sangat heboh.
Tiga pengacau (Sebutan baru Agni, Deva dan Ray) sibuk di pojok depan kanan kelas. Deva main gitar, Ray main drum yang memang disediakan disana, Agni main bass. Konyolnya, mereka masing-masing
memainkan lagu yang berbeda.
Goldi main PSP (Punya Cakka. Cuma Cakka yang rela repot-repot bawa PSP ke sekolah tapi dia sendiri jarang memainkannya.), Dea dan Zahra mengobrol tentang basket, Rio asik sendiri dengan
iPodnya, Obiet, Ozy dan Debo ngobrolin cheat game, Shilla, Keke, Olivia dan
Acha ngegosip di pojok dekat tempat Nova terus memperhatikan Ify dengan tajam.
Ify sendiri, Aren, Cakka, Alvin dan Gabriel main twitter dari Hp masing-masing.
AlvinJonathan Bosen nih. Bel istirahat cepetan kenapa sih.
GabrielDamanik Pak Dave, saya belom ngerti materi yang kemaren. Pake gak dateng sih pak?
CakkaNuraga Masih mending lo gak ngerti Yel. Gue belom ngerjain tugas. @GabrielDamanik
AlyssaSaufika Kemana aja lo Cak? Bukannya dari tadi pagi PR gue, @GabrielDamanik sama Nova udah beredar? @CakkaNuraga
GabrielDamanik Tapi gue gak janji PR gue akurat. :-D @AlyssaSaufika @CakkaNuraga
ArenNadya Wow. Seorang @GabrielDamanik ragu PRnya akurat? Gue kira elo @AlyssaSaufika sama Nova udah dinobatkan sebagai murid teladan. Hehehe. Kidding.
CakkaNuraga kalimat @ArenNadya kayak @AlyssaSaufika.
Pake seorang.
AlvinJonathan Woy!!! Kok jadi ngomongin PR sih? Gue ngambek nih?
AlyssaSaufika Ngambek aja! Lo lucu kok kalo ngambek. :-D @AlvinJonathan
ArenNadya Ehm ehm. Gak kalo ngobrol secara live gak di twitter tetep aja pacaran.
CakkaNuraga Cie @AlyssaSaufika… Cie LUCU!!! Wkwkwk. @AlvinJonathan
AlyssaSaufika Siapa juga yang pacaran. Orang gue juga cuma ngeledek dia. @ArenNadya @CakkaNuraga
AlvinJonathan Sekarang lo yang LUCU Cak. HAHA!! @CakkaNuraga
CakkaNuraga Sejak kapan lo jadi sinis gitu @AlvinJonathan?
GabrielDamanik Woy siapa gitu pinjemin gue gitar? Bosen nih!
AlyssaSaufika Ehm, Yel? Bukannya lo bawa gitar?
GabrielDamanik Oh iya ya. Hehehe. Thanks udah ngingetin @AlyssaSaufika. Gue off dulu ya guys.
CakkaNuraga Bye guys. Gue off. Mau mengambil alih PSP gue dari @GoldenGoldi
AlyssaSaufika Gue juga off. Hape gue udah tipis baterenya.
ArenNadya Yah, pada off. Gue juga deh.
Tiba-tiba bel istirahat berbunyi. Anak-anak langsung bubar ke kantin. Termasuk Alvin, Cakka dan Aren. Ify menolak saat diajak Alvin.
“Ify.” Panggil Rio.
“Kenapa Yo?” Tanya Ify sambil memasukkan hp ke saku kemejanya.
“Sebelum lo jalan-jalan ke kantin mendingan sekarang lo berdiri deh.” Kata Rio. Ify meskipun bingung tetap melaksanakan perintah Rio.
“Sekarang balik badan coba.” Perintah Rio lagi. Ify menurut dan mendengar Rio bergumam, “Bener dugaan gue.”
“Kenapa sih Yo?” Tanya Ify bingung.
“Lo liat aja rok lo.” Jawab Rio. Ify melihat roknya dan sangat terkejut melihat noda ungu lebar di roknya.
“Rok gue kenapa nih?” Ify panik, kalimat itu tidak ditujukan pada siapapun.
“Nih pake jaket gue buat nutupin. Trus ini tisu buat ngelap kursi lo. Soal rok lo, itu harus dicuci. Gak bisa dilap pake tisu. Untung abis ini langsung pulang. Gak ada pelajaran lagi. Lo aman.” Kata Rio panjang lebar
sambil mengulurkan jaket hitam dan sebungkus tisu.
“Lo udah tau bangku gue ada catnya? Kok lo tau abis ini pulang cepet?” Tanya Ify terkejut saat mengambil jaket dan tisu dari Rio.
“Gue cuma nebak. Soalnya tadi gue liat bangku lo warnanya bukan hitam. Tapi ungu pekat. Obiet yang bilang. Dia bilang hari ini semua kecuali anggota OSIS pulang cepet. Lo bukan anggota OSIS ‘kan? Seinget gue kelas kita yang anggota OSIS cuma Shilla, Obiet sama Debo.”
“Kok lo gak bilang-bilang kalo bangku gue ada catnya?”
“Gue udah ngingetin. Tapi lo gak mau dengerin ‘kan tadi pagi? Jadi itu salah lo sendiri.” Ify hanya bisa menghela nafas kesal mendengar kalimat Rio. Mau tidak mau dia harus mengakui bahwa Rio benar.
“Ya udah deh. Gue mau ke kamar mandi dulu.” Kata Ify mengikatkan jaket hitam Rio ke pinggangnya. Ify melangkah dengan kepala tertunduk kearah kamar mandi. Meskipun dia tahu noda ungu itu tidak terlihat.
Sesampainya di kamar mandi, Ify baru masuk ke salah satu bilik saat pintu terbanting di belakangnya. Ify mendorong pintu itu tapi sepertinya pintu itu terkunci dari luar. Meskipun sudah digedor-gedor tidak ada yang mendengar karena bel baru saja
berbunyi. Tiba-tiba Ify sadar, anak-anak pasti langsung pulang kalau sekarang
pulang cepat. Berarti dia bisa semakin lama menunggu.
Ify memeriksa hp di sakunya. Baterainya kosong. Ify langsung menyesal tadi dia memakainya untuk main twitter. Sekarang dia hanya bisa menunggu.
1 Jam Kemudian
Ify masih terkurung di kamar mandi. Tapi dia mendengar seseorang masuk ke kamar mandi. Dia menggedor pintu biliknya lagi.
“Siapa tuh?” Tanya cewek yang baru masuk kamar mandi.
“Ify.” Ify berusaha bicara meskipun tenggorokannya sakit karena dari tadi teriak-teriak meminta pertolongan. Selain itu Ify juga belum minum dari tadi pagi setelah bel masuk. Ify mendengar bunyi kunci terbuka sebelum pintunya terbuka.
“Shilla?” Panggil Ify melihat sosok cewek yang ternyata Shilla itu.
“Ya ampun Ify, kok lo bisa ke kunci di situ? Udah berapa lama?” Tanya Shilla khawatir.
“Gak tau, tadi tiba-tiba gue kekunci di dalem. Dari sejam yang lalu.” Jawab Ify dengan suara serak.
“Tas lo mana?” Tanya Shilla lagi.
“Masih di kelas. Tadi gue kesini sebelum bel.” Jawab Ify.
“Ya udah. Gue anter ke kelas yuk.” Shilla membimbing Ify yang terlihat lemas, sepertinya dehidrasi.
Sesampainya di kelas, ternyata masih ada Rio yang sedang memainkan gitarnya.
“Ify? Lo kenapa?” Tanya Rio melihat Ify berdiri dengan lemas.
“Ify kekunci di kamar mandi Yo. Kayaknya dia dehidrasi deh.” Shilla menjawab untuk Ify.
“Nih gue punya Pocari Sweat. Minum Fy.” Rio menyodorkan sekaleng Pocari Sweat dingin. Ify membuka kalengnya dan meminumnya.
“Makasih Yo.” Ify akhirnya bicara dengan suara pelan.
“Lo kok belom pulang Yo?” Tanya Shilla.
“Tadi ada urusan. Tapi udah selesai. Bukannya lo ada rapat OSIS Shil? Biar gue aja yang ngurus Ify.” Jawab Rio.
“Oke. Gue tinggal ya Fy.” Kata Shilla sebelum keluar dari kelas.
“Lo pulang naik apa Fy?” Tanya Rio saat Ify mengambil tas selmpeangnya.
“Naik sepeda.” Jawab Ify.
“Ya udah. Gue anter lo ke parkiran.” Rio menarik lengan Ify ke parkiran.
“Mana sepeda lo?” Tanya Rio sesampainya di parkiran. Ify hanya berjalan tenang ke sebuah sepeda merah di sudut.
“Mati gue.” Desis Ify melihat sepedanya.
“Lo masih hidup kok Fy. Kenapa?” Tanya Rio menghampiri Ify.
“Bannya kempes. Kayaknya sih bocor.” Jawab Ify memeriksa ban sepedanya. “Dua-duanya lagi.”
“Ya udah. Di deket sini ada bengkel kok. Lo tunggu disini ya. Gue bawa sepeda lo ke bengkel dulu.”Kata Rio sebelum menuntun sepeda Ify keluar pagar sekolah.
Wow, ternyata Rio gak secuek yang gue kira. Pikir Ify. Dia peduli sama gue. Tapi caranya nunjukin kalo dia peduli beda sama yang lain. Yang lain sering nunjukin terang-terangan soal kepedulian gue. Tapi Rio nggak. Dia bersikap cuek, tapi dia juga peduli banget sama gue.
Masalahnya dia baru nunjukin kalo dia bener-bener peduli setelah gue kena
kesialan bertubi-tubi. Ckckck. Bener-bener pahlawan kesiangan tuh anak.
“Sepeda lo bukan cuma bannya yang dikempesin. Kabel remnya juga dipotong.” Lapor Rio sekembalinya dari bengkel 15 menit kemudian.
“Yah… Trus gue pulang naik apa dong?” Tanya Ify.
“Gue anter deh. Sepedanya bisa lo ambil besok. Emang mau gimana lagi coba?” Rio menjawab sebelum mengambil sepeda biru tuanya.
Di sepanjang jalan ke rumah Ify, mereka berdua hanya diam. Paling Ify berbicara hanya menunjukan arah ke rumahnya.
“Makasih ya Yo. Jaket lo nanti gue balikin kalo udah dicuci.” Kata Ify setelah sampai di rumahnya.
“Sama-sama.” Jawab Rio sebelum kembali mengayuh sepedanya. Ify menghela nafas pelan sebelum berbalik untuk masuk ke rumah.
Hari Rabu, Jam Istirahat
Rio berdiri di depan kelas 7-1. Menunggu seorang cewek keluar dari sana. Saat cewek itu keluar dari kelas, Rio langsung menarik lengan cewek itu ke samping pintu kelas.
“Kenapa sih Yo? Kok lo tiba-tiba narik-narik gue.” Tanya Oik.
“Gue minta lo, Sivia sama Nova berenti gangguin Ify.” Kata Rio tajam. Oik tersentak mendengar kalimat Rio.
“Lo… Tau?” Bisik Oik ketakutan. Kalau sampai semua orang tahu, dia, Sivia dan Nova dalam bahaya. Bisa-bisa mereka dijauhi anak-anak kelas 7-3 terutama Rio, Gabriel, Alvin, Cakka dan
Aren.
“Gue liat waktu Nova kemaren ngolesin cat ke bangku Ify. Dan asal lo tau aja. Sekarang Ify gak masuk. Kata Aren dia sakit gara-gara kelamaan di tempat lembab waktu lo kunciin di kamar mandi kemaren. Gue juga liat Sivia ngempesin ban sepeda dan motong kabel rem sepeda Ify.” Rio sekarang benar-benar terlihat marah. Oik tidak pernah melihat Rio
semarah ini.
“Sori Yo, gue harus pergi.” Bisik Oik berjalan dan masuk ke kelas 7-2.
Rio kembali ke kelas 7-3. Untuk sementara ini, Ify aman. Oik tidak akan berani melawannya.
***
Kenapa Oik takut pada Rio?
Apakah Rio berhasil menghentikan Sivia, Nova dan Oik?
Baca di Diary of 7-3 Sudent Part 5: Berbagi mimpi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar