Senin, 14 Juni 2010

Diary of 7-3 Student Part 3: Partner in Crime

Diary of 7-3 Student Part 3: Partner in Crime


Koridor kelas 7 kosong saat Ify berjalan kearah kelasnya.

Bruk. Bersamaan dengan terdengarnya suara itu Ify terjatuh kelantai.

“Kalo jalan pake mata dong! Jangan pake dengkul!” Bentak sesuatu… Maksudnya seseorang yang tadi menabrak Ify. Si penabrak itu keluar dari kelas 7-2 yang baru akan dilewati
Ify. Ify mengucek-kucek matanya sebentar sebelum menatap penabraknya yang juga
jatuh didepannya.



“Mana ada jalan pake mata! Pake kaki kali.” Jawab Ify memandang cewek yang terduduk didepannya itu.



“Udah nabrak, kurang ajar lagi lo!”



“Jelas-jelas yang nabrak gue elo.” Jawab Ify cemberut sambil berdiri lalu membersihkan roknya, mengambil 2 bungkus keripik kentang miliknya yang tadi terjatuh juga,
dan langsung berjalan ke kelasnya.



“Sivia? Ngapain lo di lantai?” Tanya seorang cewek yang baru muncul dari kelas 7-1 sambil mengulurkan tangannya, menawarkan bantuan.



“Ada cewek yang nabrak gue tadi. Nyebelin banget tau gak!” Jawab Sivia berdiri dibantu Oik, cewek yang baru datang itu.



“Cewek yang mana?” Tanya Oik bingung.



“Maksud dia Ify.” Seorang cewek berjalan tenang menghampiri Sivia dan Oik. Cewek itu sebenarnya dari tadi memperhatikan seluruh kejadian, mulai dari saat Sivia
menabrak Ify sampai saat Oik menolong Sivia.



“Lo siapa?” Tanya Sivia memandang cewek yang tadi dia lihat duduk di pinggir lapangan basket, entah melakukan apa.



“Kenalin. Gue Nova Chintya Sinaga. Panggil aja Nova. Anak kelas 7-3.”



“Gue Sivia. Kelas 7-2. Lo kenal sama cewek tadi?” Sivia bersalaman dengan Nova.



“Dia Alyssa Saufika Umari. Dipanggil Ify. Anak kelas 7-3 juga. Dia emang nyebelin. Cuekin aja.”



“Gue Oik. Kelas 7-1. Kok kayaknya gue pernah denger nama lo ya? Em… Oh iya! Gue inget! Lo anak yang katanya NEMnya paling tinggi di angkatan kita ‘kan? Cewek yang kata
anak-anak kelas 7-3 udah keliatan pinternya dari hari pertama sekolah?” Oik
menatap Nova menyelidik.



“Perasaan gue sih biasa aja. Tapi gak tau kalo ada yang bilang gitu. Emang siapa yang bilang?”



“Tetangga gue, namanya Keke. Kata dia lo itu pinter. Tapi agak dingin sama orang yang baru dikenal.”



“Oh Keke.”



“Kok kalian jadi ngomongin orang lain sih? Gue lagi sebel sama Ify malah pada ngomongin orang lain lagi. Pokoknya gue haris bales cewek nyebelin itu. Apapun caranya. Harus!
Kalian ikut gak?” Sivia memandang Oik dan Nova.



“Gue ikut. Gue juga sebel sama tuh anak. Kecentilan banget. Main sama anak cowok mulu. Sok akrab sama Alvin, Cakka, Gabriel, & Rio. Nempel mulu sama mereka?”



“Ify akrab sama Rio? Mario Stevano Aditya?” Oik terdengar terkejut.



“Iya. Emang ada berapa Rio sih di 7-3? Cuma satu ‘kan? Lo kenal sama Rio?”



“Kenal. Dia tetangga gue. Sepupunya Keke ‘kan? Hehehe.” Oik ketawa gugup. Sepertinya dia benar-benar terkejut mendengar Ify akrab dengan Rio.



“Rio sepupunya Keke? Gue baru tau.” Jawab Nova heran.



“Lo ikut gak Ik?” Tanya Sivia.



“Ikut deh.” Jawab Oik.



“Oke. Ada yang punya ide gak?” Sivia bertanya.



“Menurut gue, mendingan kita pake keisengan-keisengan kecil aja. Kalo kita pake rencana yang kelewat rumit, nanti kesempatan berhasilnya makin kecil. Trus jangan sampe Ify sadar. Kalo dia
sadar, dia pasti bakal lebih waspada. Kalo udah kayak gitu susah ngerjainnya.
Gini rencana gue…”







Di kelas 7-3







“Kok cemberut sih Fy?” Tanya Alvin memandang Ify yang baru kembali dari kantin. Kalimat Alvin itu membuat Cakka yang tadi sedang memainkan Hpnya memandang Ify juga.



“Tau. Ngapain muka ditekuk gitu. Kalo si Aren sih gak malah jadi imut. Kalo elo? Makin jelek tau.” Ledek Cakka.



“Gak ngaruh lo muji Aren. Orangnya lagi pake earphone. Gak kedengeran deh.” Jawab Ify melirik Aren yang sedang memainkan PSP Cakka sambil mendengarkan iPodnya. Di kelas sekarang hanya
ada mereka berempat sementara murid-murid yang lain sedang istirahat di kantin.



“Jadi kenapa lo cemberut?” Tanya Alvin lagi, memandang Ify menyelidik.



“Ada cewek di depan yang nabrak gue. Udah dia yang nabrak, dia juga yang ngomel lagi!” Ify terlihat benar-benar kesal sekarang.



“Ya udahlah Fy, cuekin aja. Ngomong-ngomong keripik gue mau lo makan sendirian nih?” Tanya Alvin menunjuk 2 bungkus keripik kentang di meja Ify.



“Gak bisa gue marah lama-lama sama lo Vin.” Ify nyengir sambil meletakkan satu bungkus keripik di meja Alvin lalu membuka satu bungkus lagi.



“Ya iyalah! Mana ada manusia yang nggak luluh hatinya sama gue?” Tanya Alvin membuat Ify tertawa kecil.



“Gue nggak luluh tuh. Cuma Ify yang luluh gitu aja sama lo.” Cakka meledek Alvin.



“Siapa juga yang luluh. Eh kok si Agni gak bareng kalian sih? Tumben. Biasanya nempel banget sama kalian.” Ify celingukan mencari sosok cewek berambut pendek itu. Padahal jelas-jelas hanya ada
mereka berempat di kelas.



“Gak tau. Kayaknya dia mulai lupa sama kita.” Jawab Cakka pelan.



“Lupa gimana?” Tanya Ify heran.



“Dia bukan lupa. Dia cuma lagi asik sama temen-temen barunya, itu aja.” Alvin menjawab pertanyaan yang sebenarnya ditujukan pada Cakka itu.



“Iya. Ray sama Deva. Mereka bertiga udah klop banget. Tiga-tiganya iseng. Lo liat ‘kan kalo mereka rajanya iseng disini? Agni udah dapet Partner in Crime baru.” Cakka menunduk kecewa.



“Hey Fy, nih titipan lo.” Gabriel baru masuk kelas diikuti Rio.



“Titipan apaan?” Tanya Ify bingung.



“Tadi kan lo nitip pinjemin gitar.” Jawab Gabriel sambil menyodorkan gitar yang dari tadi dibawanya.



“Oh iya. Gue lupa. Makasih ya Yel. Gitar siapa nih?”



“Gitarnya Irsyad, anak 7-2. Nanti lo kasih ke gue kalo udah selesai. Gue aja yang balikin.” Kata Gabriel.



“Eh Fy, ngomong-ngomong soal partner, lo udah punya partner buat pelajaran musik gak?” Tanya Alvin.



“Partner apaan?” Ify bertanya balik.



“Partner pelajaran musik. ‘Kan disuruh sama Bu Winda cari partner. Buat setaun kedepan.” Jawab Alvin.



“Bentar ya,” Kata Ify lalu membalikan tubuhnya, memandang kedepan lagi.



“Rio Rio.” Panggil Ify.



“Rio-nya sekali aja. Gak usah double gitu. Apa?” Tanya Rio yang tadi sedang mengobrol dengan Gabriel.



“Lo udah punya partner buat pelajaran musik belom?”



“Belom. Emang kenapa?”



“Gue boleh gak jadi partner lo?”



“Boleh.” Jawab Rio lalu kembali mengajak Gabriel mengobrol lagi.



“Nah, sekarang gue udah punya partner. Lo udah punya?” Jawab Ify tersenyum lebar pada Alvin.



“Gabriel! Gue jadi partner pelajaran musik lo ya?” Panggil Alvin.



“Oke.” Jawab Gabriel.



“Sekarang gue udah punya.” Alvin menjawab pertanyaan Ify tadi.



“Kok lo nggak sama Cakka?” Tanya Ify mengangkat alisnya.



“Dia sih dari pas diumumin udah sama Aren.” Jawab Alvin.







***







Gimana ya? Pelajaran musik nanti?



Apa sih, rencana Nova, Sivia dan Oik?



Baca di Diary of 7-3 Student Part 4: Pahlawan kesiangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar