Selasa, 07 September 2010

Link Blog

Link blog.... Gak bisa dibikin abadi kayaknya. Link blog ini udah beralih dari satu ke yang lain. Kali ini: addicted2rio1412. Why?

Pertama. Addicted2Rio. Soalnya aku emang kecanduan sama Rio. Seumur hidup, mungkin. Abadi. Itu kayaknya gak bisa berubah, mengingat Rio udah sejauh ini menginvasi hidupku.

Kedua. 1412. Aku lagi fallin in love sama Kaito Kuroba!! 1412 the Phantom Thief. Alias Kid the phantom Thief. He soooo cool!!!!!!! More than Shinichi Kudo, you know.

Kid itu bener-bener pencuri paling keren sedunia!!! Aku suka banget mottonya:
'Pencuri adalah seniman sedangkan detektif hanya perusak karya seni'
Kedengerannya keren banget!! Kaito Kid emang jagonya kalo soal kata-kata begitu.

Em... Apa lagi ya? Itu dulu deh. See you next time guys. Dare To Be RISE :)

Senin, 30 Agustus 2010

Frustasi

Rena lagi frustasi!!!!!!! Kelas 9 emang sumber bencana,kayaknya.

Kenapa aku bilang kelas 9 sumber bencana? Karena sejak kelas 9 aku dapet bencana mulu!! Bikin frustasi deh. Mulai dari dapet kelas paling ujung yang pengap dan gelap, dapet wali kelas yang sumpah-nyebelin-banget, temen sekelasnya 'mantan' temen pas kelas 7, pokoknya bencana deh!

Udah gitu lesku ditambah! Jadi 4 kali seminggu, ada hari sabtu-minggu pula, lagi. Pokoknya kalo aku stress aku tau deh mau nyalahin siapa!

Belom lagi guru biologi ngasih tugas seabrek-abrek, bulan puasa harus tetep masuk jam setengah 7... Pokoknya ada aja deh yang bisa aku keluhin!

Tapi musibah terbesar: Temen sekelasku, ehm edit. MUSUH sekelasku namanya RIO lagi! Kan aku jadi gak bisa ngebawel tentang Mario Stevano Aditya Haling lagi!!

Untung masih ada satu-dua hiburan yang bisa aku dapet...

Udah dulu ya, see you at next post Guys :) :) :)

Sabtu, 19 Juni 2010

Diary of 7-3 Student Part 5: Berbagi Mimpi

Diary of 7-3 Student Part 5: Berbagi Mimpi


Rio mengetuk pintu depan rumah besar itu. Tidak lama kemudian seorang cewek, kelihatannya lebih tua 2-3 tahun dari Rio, membukakan pintu.

“Cari siapa ya?” Tanya cewek itu.

“Um… Ify ada?” Rio balik bertanya.

“Oh temennya Ify. Ada. Masuk yuk. Oh iya, gue Zevana. Kakaknya Ify.” Zevana membuka pintu lebih lebar dan membiarkan Rio masuk.

“Gue Rio kak.” Kata Rio sambil melihat-lihat ruang tamu rumah Ify yang luas.

“Oh elo yang namanya Rio. Ify sering cerita tentang lo sama gue. Duduk aja.” Zevana menunjuk ke sofa kuning yang ada disitu.

“Sebelum gue panggil orangnya, gue mau nanya dikit sama lo boleh?” Zevana duduk di sofa di seberang Rio.

“Boleh kak. Nanya apa?” Rio memandang Zevana waswas. Nada suara kakak satu-satunya Ify itu benar-benar serius.

“Kemaren Ify kenapa?” Tanya Zevana.

“Ify… Dia dikurung di kamar mandi kak sama temennya.” Rio menunduk, tidak berani menatap Zevana.

“Berapa lama?” Tanya Zevana lagi.

“Kira-kira satu jam kak.”

“Pantes aja pulang-pulang tuh anak gitu.” Bisikan Zevana ini membuat Rio mengangkat kepalanya takut-takut, memandang Zevana yang terlihat benar-benar gelisah.

“Emang Ify kenapa kak?” Tanya Rio.

“Ify sakit hemophilia. Dulu, dia bener-bener dilarang kemana-mana sama mama dan papa. Tapi Ify anaknya bandel banget. Dia sering kabur dari pengawasan mama.” Zevana memulai ceritanya.
“Waktu Ify 7 tahun, dia kabur dari pengawasan mama dan pergi ke taman. Disana
dia liat beberapa anak pake seragam SD. Kata Ify anak-anak itu keliatan ceria
banget. Terus Ify pulang. Sampe dirumah, Ify bilang dia mau sekolah. Akhirnya
mama turutin kemauan Ify. Tapi dia cuma boleh home schooling.

"Waktu Ify kelas 4 SD, kami sekeluarga nginep di Puncak. Deket villa ada hutan. Gue dan Ify diingetin supaya gak kesana, bahaya. Tapi malemnya Ify kabur ke hutan. Gue yakin dia gak mau masuk terlalu jauh ke dalem hutan. Tapi ternyata Ify nyasar. Dan itu bikin keluarga gue panik setengah mati. Apalagi pas gue sadar kalo Ify nggak pake
jaket, cuma pake kaos sama legging.

"Akhirnya kami cari Ify. Papa bilang jangan
panggil polisi dulu. Mungkin Ify nggak jauh. Akhirnya gue berhasil nemu Ify di
hutan. Tapi dia pingsan. Gak luka, tapi pingsan. Ify kena hipotermia. Bibirnya
udah biru pas gue nemu dia.

"Sejak saat itu mama makin protektif sama Ify. Ify
harus bujukin mama abis-abisan supaya dia diijinin masuk SMP Melodi. Kayaknya
kejadian kemaren udah bikin hipotermia Ify kambuh. Dia gak mau cerita, tapi gue
tau. Keliatan tanda-tandanya. Dan Ify juga dehidrasi. Untung mama lagi ikut
papa ngurusin perusahaan di Australi. Kalo nggak, Ify pasti gak boleh keluar
rumah lagi.” Zevana mengakhiri ceritanya.

Rio benar-benar terkejut dengan riwayat hidup Ify ini. Ify ‘kan benar-benar ceria! Cewek itu ‘kan benar-benar semangat tentang semua hal! Masa sih cewek seceria Ify menderita hemophilia dan
hipotermia? Pikir Rio ragu.

“Kok Ify bisa main gitar kak? Bukannya senar gitar bisa ngelukain jarinya?” Rio akhirnya menemukan celah yang membuktikan bahwa Ify sehat-sehat saja.

“Gitarnya pake senar khusus. Senar itu gak akan bikin jarinya luka. Tapi Ify tetep sering ngebandel. Dia tetep minjem gitar temen-temennya yang pake senar biasa.” Zevana menjelaskan. *Asli,
soal senar ini penulis ngarang abis. Sebenernya gak tau apa-apa soal gitar.
Mainnya aja baru belajar.*

Rio melanjutkan mencari celah cerita Zevana, meskipun dia tahu dia tidak akan menemukannya.

“Rio.” Panggil Zevana membuyarkan lamunan Rio.

“Iya kak?”

“Gue titip Ify ya. Gue mohon banget. Meskipun ceria, cerewet dan energik banget sebenernya Ify itu lemah. Tapi gue mohon jangan cerita sama temen-temen Ify yang lain soal ini. Gue gak
mau mereka perlakuin Ify kayak orang sakit meskipun emang bener. Gue percaya
sama lo. Gue mohon lindungin Ify selama dia di sekolah ya Yo.” Zevana terlihat
benar-benar gelisah saat mengatakan ini.

“Gue janji gue akan ngelindungin Ify kak.” Jawab Rio menatap lurus mata Zevana menunjukkan kesungguhannya.

“Bagus deh. Gue panggil Ify dulu ya.” Zevana tersenyum sekilas sebelum berlari menaiki tangga, meninggalkan Rio dengan pikirannya.

“Rio?” Panggil Ify kira-kira 5 menit kemudian. Rio mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk dan menemukan Ify berdiri tepat didepannya.

“Hai Fy.” Sapa Rio.

“Kak Zeva udah cerita ya?” Tanya Ify. Dalam suaranya Rio menemukan ketakutan yang agak janggal. Seakan-akan Ify takut… dijauhi karena penyakitnya.

“Udah Fy.” Jawab Rio pelan.

“Rio, gue mohon banget. Jangan cerita sama temen-temen. Gue gak mau.. gue gak mau…” Tangis Ify pecah sebelum selesai berbicara.

“Ify, jangan nangis dong. Gue janji gak akan bilang siapa-siapa.” Rio agak panik. Gimana kalo Kak Zevana liat Ify nangis? Gue ‘kan baru janji mau jagain dia. Pikir Rio.

“Sori Yo. Gue takut kalo anak-anak tau mereka pada ngejauhin gue.” Kata Ify setelah tangisnya mulai reda. Selama beberapa menit mereka diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

“Rio” Ify memecah keheningan. Rio memandang cewek yang duduk disampingnya itu.

“Lo punya impian gak?” Tanya Ify.

“Semua orang punya impian Fy. Tapi gak semua berhasil meraih impiannya.” Jawab Rio.

“Gue punya satu mimpi. Cuma satu. Gue mau bisa kayak anak-anak lain. Mereka bebas. Gak ada yang overprotektif sama mereka. Kalo gue? Ini gak boleh. Itu gak boleh. Percaya deh, mama dan kak Zeva
gak pernah biarin gue masuk dapur sesenti pun. Mereka bilang disana bahaya.
Padahal gue ‘kan juga tau batas. Gue tau mana yang aman mana yang nggak.” Ify
bercerita pelan.

“Mereka sayang sama lo Fy. Mereka gak mau lo kenapa-kenapa. Tapi lo tau gak? Sikap lo disekolah itu udah kayak lo jauh lebih sehat dari anak-anak lain. Makanya mereka merlakuin lo sama kayak
merlakuin yang lain. Lo udah meraih sebagian mimpi lo. Lo berhasil bikin
temen-temen lo nggak overprotektif sama lo.” Kata Rio.

“Gue gak pernah mikir kesitu.”

“Itu salah satu kelemahan lo. Lo cuma mikirin negatifnya aja. Liat positifnya juga dong.” Rio mengetuk kepala Ify pelan. Dia mulai merasa sayang pada cewek ini. Sifat Ify yang ceria lama-lama
meruntuhkan sifat cuek Rio. Dalam diri Rio ada keinginan untuk melindungi Ify.

“Lo sendiri punya mimpi Yo?” Tanya Ify.

“kan gue udah bilang, semua orang punya mimpi.” Jawab Rio.

“Mimpi lo apa?” Tanya Ify lagi.

“Gue cuma punya 2 mimpi. Gue mau bisa bikin ayah bangga. Dari dulu, ayah mau punya anak cewek. Dan ternyata bunda gak bisa punya anak lagi. Dari dulu meskipun ayah keliatan sayang sama
gue, gue ngerasa kalo ayah belom bangga sama gue. Gue berharap bisa nunjukin
sama ayah kalo gue bisa jadi pemenang yang bikin bangga ayah. Yang satu lagi,
gue mau bisa jadi musisi yang hebat. Meskipun gue rasa sekarang paling hebat
gue cuma bisa jadi anggota band kelas yang akan ikut kompetisi di perpisahan
kelas 9 nanti.” Rio mengangkat bahunya.

“Emang ada band kelas?” Tanya Ify.

“Oh iya, tadi lo ‘kan gak masuk. Tiap kelas diminta bikin satu band. Nanti di perpisahan kelas 9, 7-1, 7-2, 7-3, 8-1, 8-2 dan 8-3 akan di adu. Gue sih berharap bisa jadi vokalis atau
gitarisnya. Audisi buat kelas kita lusa, hari Jumat,” Rio menjelaskan. “Fy gue
balik ya? Sebenernya gue Cuma mau nganterin sepeda lo. Udah gue parkirin di depan.”

“Makasih ya Yo. Gue anter lo sampe pintu.” Ify berdiri.

“Besok lo sekolah ‘kan Fy?” Tanya Rio sambil berjalan ke pintu depan.

“Gak tau. Gue rasa kejadian-kejadian kemaren itu bukan kebetulan. Kayaknya ada yang ngerjain gue.” Jawab Ify.

“Soal itu tenang aja. Gue udah tau pelakunya. Dia udah gue bilangin supaya nggak ganggu lo lagi. Jangan tanya orangnya siapa, gue gak akan mau bilang.” Rio sudah kenal sifat Ify yang selalu mau tahu. Bahkan sebelum Ify membuka mulutnya, Rio sudah tahu Ify akan bertanya
tentang pelaku keisengan kemarin yang membuat Ify sakit.

“Tapi gue ragu kak Zeva ngizinin gue sekolah. Sikap overprotektifnya mulai kambuh.” Kata Ify lagi.

“Gue yakin kak Zevana akan ngizinin. Besok pagi gue jemput. Bilang aja sama kak Zevana. Jam setengah delapan udah siap ya.” Kata Rio lalu berjalan ke arah sepedanya dan langsung
pulang.

Saat melihat Rio bersepeda menjauh, Ify merasa makin sayang pada cowok satu itu. Meskipun perasaan sayang itu sudah ada sejak pertama kali Ify melihat Rio.


***


Ify naksir Rio? Trus Alvin gimana?

Kira-kira Zevana ngizinin Ify sekolah gak ya?

Baca lanjutannya di Diary of 7-3 Student Part 6: Overprotektif.

Senin, 14 Juni 2010

Diary of 7-3 Student Part 4: Pahlawan kesiangan

Diary of 7-3 Student Part 4: Pahlawan Kesiangan.


Nova masuk ke kelas 7-3 dengan senyum penuh percaya diri. Di belakangnya, Oik tersenyum malu-malu dan Sivia bahkan sama sekali tidak tersenyum.

“Mana mejanya si Ify itu Nov?” Tanya Sivia.

“Sini.” Nova menarik tangan Sivia dan Oik. Sekarang masih jam 7.30 dan bel masuk jam 8.00. Jadi kelas masih benar-benar kosong dan baru Nova yang sudah datang.

“Olesin nih Nov.” Sivia menyodorkan sebuah toples pada Nova. Nova mengambil toples itu dan mengoleskan cat sablon ungu tebal-tebal di bangku Ify.

“Selesai. Nih lo simpen. Jangan sampe ada yang tau itu punya lo.” Nova mengembalikan toples itu pada Sivia.


Jam 7.50, di kelas 7-3


“Pagi semua!” Sapa Ify ceria pada Alvin, Cakka dan Aren.

“Pagi Fy. Udah ngerjain PR matematika belom? Susah banget nih.” Alvin menggaruk-garuk kepalanya. *Emang Alvin belom keramas?*

“Udah dong. Masa seorang…”

“Fy, jangan duduk di bangku lo.” Panggil Rio tiba-tiba saat Ify mau duduk di bangkunya.

“Emang kenapa?”

“Pokoknya jangan.”

“Why not?” Ify mengangkat sebelah alisnya.

“Terserah aja kalo lo gak mau percaya.” Rio membalikan badannya ke depan lagi. Ify benar-benar heran dengan kelakuan cowok satu ini. Jadi dia duduk di bangkunya tanpa memperdulikan peringatan Rio.

“Nih PR mtk gue.” Ify mengulurkan buku latihan matematikanya.

“Thanks ya Fy. Gue selamet dari hukumannya Pak Dave.” Alvin mengambil buku itu dengan cepat.

“Sama-sama. Ya udah deh. Lo salin aja cepetan.” Kata Ify mengambil iPod pinknya dari tasnya. Masih ada waktu untuk mendengar beberapa lagu sebelum bel masuk.


Pelajaran matematika, 5 menit sebelum bel istirahat.


Pak Dave ada urusan. Jadi kelas 7-3 sangat heboh.

Tiga pengacau (Sebutan baru Agni, Deva dan Ray) sibuk di pojok depan kanan kelas. Deva main gitar, Ray main drum yang memang disediakan disana, Agni main bass. Konyolnya, mereka masing-masing
memainkan lagu yang berbeda.

Goldi main PSP (Punya Cakka. Cuma Cakka yang rela repot-repot bawa PSP ke sekolah tapi dia sendiri jarang memainkannya.), Dea dan Zahra mengobrol tentang basket, Rio asik sendiri dengan
iPodnya, Obiet, Ozy dan Debo ngobrolin cheat game, Shilla, Keke, Olivia dan
Acha ngegosip di pojok dekat tempat Nova terus memperhatikan Ify dengan tajam.
Ify sendiri, Aren, Cakka, Alvin dan Gabriel main twitter dari Hp masing-masing.


AlvinJonathan Bosen nih. Bel istirahat cepetan kenapa sih.

GabrielDamanik Pak Dave, saya belom ngerti materi yang kemaren. Pake gak dateng sih pak?

CakkaNuraga Masih mending lo gak ngerti Yel. Gue belom ngerjain tugas. @GabrielDamanik

AlyssaSaufika Kemana aja lo Cak? Bukannya dari tadi pagi PR gue, @GabrielDamanik sama Nova udah beredar? @CakkaNuraga

GabrielDamanik Tapi gue gak janji PR gue akurat. :-D @AlyssaSaufika @CakkaNuraga

ArenNadya Wow. Seorang @GabrielDamanik ragu PRnya akurat? Gue kira elo @AlyssaSaufika sama Nova udah dinobatkan sebagai murid teladan. Hehehe. Kidding.

CakkaNuraga kalimat @ArenNadya kayak @AlyssaSaufika.
Pake seorang.

AlvinJonathan Woy!!! Kok jadi ngomongin PR sih? Gue ngambek nih?

AlyssaSaufika Ngambek aja! Lo lucu kok kalo ngambek. :-D @AlvinJonathan

ArenNadya Ehm ehm. Gak kalo ngobrol secara live gak di twitter tetep aja pacaran.

CakkaNuraga Cie @AlyssaSaufika… Cie LUCU!!! Wkwkwk. @AlvinJonathan

AlyssaSaufika Siapa juga yang pacaran. Orang gue juga cuma ngeledek dia. @ArenNadya @CakkaNuraga

AlvinJonathan Sekarang lo yang LUCU Cak. HAHA!! @CakkaNuraga

CakkaNuraga Sejak kapan lo jadi sinis gitu @AlvinJonathan?

GabrielDamanik Woy siapa gitu pinjemin gue gitar? Bosen nih!

AlyssaSaufika Ehm, Yel? Bukannya lo bawa gitar?

GabrielDamanik Oh iya ya. Hehehe. Thanks udah ngingetin @AlyssaSaufika. Gue off dulu ya guys.

CakkaNuraga Bye guys. Gue off. Mau mengambil alih PSP gue dari @GoldenGoldi

AlyssaSaufika Gue juga off. Hape gue udah tipis baterenya.

ArenNadya Yah, pada off. Gue juga deh.



Tiba-tiba bel istirahat berbunyi. Anak-anak langsung bubar ke kantin. Termasuk Alvin, Cakka dan Aren. Ify menolak saat diajak Alvin.

“Ify.” Panggil Rio.

“Kenapa Yo?” Tanya Ify sambil memasukkan hp ke saku kemejanya.

“Sebelum lo jalan-jalan ke kantin mendingan sekarang lo berdiri deh.” Kata Rio. Ify meskipun bingung tetap melaksanakan perintah Rio.

“Sekarang balik badan coba.” Perintah Rio lagi. Ify menurut dan mendengar Rio bergumam, “Bener dugaan gue.”

“Kenapa sih Yo?” Tanya Ify bingung.

“Lo liat aja rok lo.” Jawab Rio. Ify melihat roknya dan sangat terkejut melihat noda ungu lebar di roknya.

“Rok gue kenapa nih?” Ify panik, kalimat itu tidak ditujukan pada siapapun.

“Nih pake jaket gue buat nutupin. Trus ini tisu buat ngelap kursi lo. Soal rok lo, itu harus dicuci. Gak bisa dilap pake tisu. Untung abis ini langsung pulang. Gak ada pelajaran lagi. Lo aman.” Kata Rio panjang lebar
sambil mengulurkan jaket hitam dan sebungkus tisu.

“Lo udah tau bangku gue ada catnya? Kok lo tau abis ini pulang cepet?” Tanya Ify terkejut saat mengambil jaket dan tisu dari Rio.

“Gue cuma nebak. Soalnya tadi gue liat bangku lo warnanya bukan hitam. Tapi ungu pekat. Obiet yang bilang. Dia bilang hari ini semua kecuali anggota OSIS pulang cepet. Lo bukan anggota OSIS ‘kan? Seinget gue kelas kita yang anggota OSIS cuma Shilla, Obiet sama Debo.”

“Kok lo gak bilang-bilang kalo bangku gue ada catnya?”

“Gue udah ngingetin. Tapi lo gak mau dengerin ‘kan tadi pagi? Jadi itu salah lo sendiri.” Ify hanya bisa menghela nafas kesal mendengar kalimat Rio. Mau tidak mau dia harus mengakui bahwa Rio benar.

“Ya udah deh. Gue mau ke kamar mandi dulu.” Kata Ify mengikatkan jaket hitam Rio ke pinggangnya. Ify melangkah dengan kepala tertunduk kearah kamar mandi. Meskipun dia tahu noda ungu itu tidak terlihat.

Sesampainya di kamar mandi, Ify baru masuk ke salah satu bilik saat pintu terbanting di belakangnya. Ify mendorong pintu itu tapi sepertinya pintu itu terkunci dari luar. Meskipun sudah digedor-gedor tidak ada yang mendengar karena bel baru saja
berbunyi. Tiba-tiba Ify sadar, anak-anak pasti langsung pulang kalau sekarang
pulang cepat. Berarti dia bisa semakin lama menunggu.

Ify memeriksa hp di sakunya. Baterainya kosong. Ify langsung menyesal tadi dia memakainya untuk main twitter. Sekarang dia hanya bisa menunggu.


1 Jam Kemudian


Ify masih terkurung di kamar mandi. Tapi dia mendengar seseorang masuk ke kamar mandi. Dia menggedor pintu biliknya lagi.

“Siapa tuh?” Tanya cewek yang baru masuk kamar mandi.

“Ify.” Ify berusaha bicara meskipun tenggorokannya sakit karena dari tadi teriak-teriak meminta pertolongan. Selain itu Ify juga belum minum dari tadi pagi setelah bel masuk. Ify mendengar bunyi kunci terbuka sebelum pintunya terbuka.

“Shilla?” Panggil Ify melihat sosok cewek yang ternyata Shilla itu.

“Ya ampun Ify, kok lo bisa ke kunci di situ? Udah berapa lama?” Tanya Shilla khawatir.

“Gak tau, tadi tiba-tiba gue kekunci di dalem. Dari sejam yang lalu.” Jawab Ify dengan suara serak.

“Tas lo mana?” Tanya Shilla lagi.

“Masih di kelas. Tadi gue kesini sebelum bel.” Jawab Ify.

“Ya udah. Gue anter ke kelas yuk.” Shilla membimbing Ify yang terlihat lemas, sepertinya dehidrasi.

Sesampainya di kelas, ternyata masih ada Rio yang sedang memainkan gitarnya.

“Ify? Lo kenapa?” Tanya Rio melihat Ify berdiri dengan lemas.

“Ify kekunci di kamar mandi Yo. Kayaknya dia dehidrasi deh.” Shilla menjawab untuk Ify.

“Nih gue punya Pocari Sweat. Minum Fy.” Rio menyodorkan sekaleng Pocari Sweat dingin. Ify membuka kalengnya dan meminumnya.

“Makasih Yo.” Ify akhirnya bicara dengan suara pelan.

“Lo kok belom pulang Yo?” Tanya Shilla.

“Tadi ada urusan. Tapi udah selesai. Bukannya lo ada rapat OSIS Shil? Biar gue aja yang ngurus Ify.” Jawab Rio.

“Oke. Gue tinggal ya Fy.” Kata Shilla sebelum keluar dari kelas.

“Lo pulang naik apa Fy?” Tanya Rio saat Ify mengambil tas selmpeangnya.

“Naik sepeda.” Jawab Ify.

“Ya udah. Gue anter lo ke parkiran.” Rio menarik lengan Ify ke parkiran.

“Mana sepeda lo?” Tanya Rio sesampainya di parkiran. Ify hanya berjalan tenang ke sebuah sepeda merah di sudut.

“Mati gue.” Desis Ify melihat sepedanya.

“Lo masih hidup kok Fy. Kenapa?” Tanya Rio menghampiri Ify.

“Bannya kempes. Kayaknya sih bocor.” Jawab Ify memeriksa ban sepedanya. “Dua-duanya lagi.”

“Ya udah. Di deket sini ada bengkel kok. Lo tunggu disini ya. Gue bawa sepeda lo ke bengkel dulu.”Kata Rio sebelum menuntun sepeda Ify keluar pagar sekolah.

Wow, ternyata Rio gak secuek yang gue kira. Pikir Ify. Dia peduli sama gue. Tapi caranya nunjukin kalo dia peduli beda sama yang lain. Yang lain sering nunjukin terang-terangan soal kepedulian gue. Tapi Rio nggak. Dia bersikap cuek, tapi dia juga peduli banget sama gue.
Masalahnya dia baru nunjukin kalo dia bener-bener peduli setelah gue kena
kesialan bertubi-tubi. Ckckck. Bener-bener pahlawan kesiangan tuh anak.

“Sepeda lo bukan cuma bannya yang dikempesin. Kabel remnya juga dipotong.” Lapor Rio sekembalinya dari bengkel 15 menit kemudian.

“Yah… Trus gue pulang naik apa dong?” Tanya Ify.

“Gue anter deh. Sepedanya bisa lo ambil besok. Emang mau gimana lagi coba?” Rio menjawab sebelum mengambil sepeda biru tuanya.

Di sepanjang jalan ke rumah Ify, mereka berdua hanya diam. Paling Ify berbicara hanya menunjukan arah ke rumahnya.

“Makasih ya Yo. Jaket lo nanti gue balikin kalo udah dicuci.” Kata Ify setelah sampai di rumahnya.

“Sama-sama.” Jawab Rio sebelum kembali mengayuh sepedanya. Ify menghela nafas pelan sebelum berbalik untuk masuk ke rumah.


Hari Rabu, Jam Istirahat


Rio berdiri di depan kelas 7-1. Menunggu seorang cewek keluar dari sana. Saat cewek itu keluar dari kelas, Rio langsung menarik lengan cewek itu ke samping pintu kelas.

“Kenapa sih Yo? Kok lo tiba-tiba narik-narik gue.” Tanya Oik.

“Gue minta lo, Sivia sama Nova berenti gangguin Ify.” Kata Rio tajam. Oik tersentak mendengar kalimat Rio.

“Lo… Tau?” Bisik Oik ketakutan. Kalau sampai semua orang tahu, dia, Sivia dan Nova dalam bahaya. Bisa-bisa mereka dijauhi anak-anak kelas 7-3 terutama Rio, Gabriel, Alvin, Cakka dan
Aren.

“Gue liat waktu Nova kemaren ngolesin cat ke bangku Ify. Dan asal lo tau aja. Sekarang Ify gak masuk. Kata Aren dia sakit gara-gara kelamaan di tempat lembab waktu lo kunciin di kamar mandi kemaren. Gue juga liat Sivia ngempesin ban sepeda dan motong kabel rem sepeda Ify.” Rio sekarang benar-benar terlihat marah. Oik tidak pernah melihat Rio
semarah ini.

“Sori Yo, gue harus pergi.” Bisik Oik berjalan dan masuk ke kelas 7-2.

Rio kembali ke kelas 7-3. Untuk sementara ini, Ify aman. Oik tidak akan berani melawannya.


***


Kenapa Oik takut pada Rio?

Apakah Rio berhasil menghentikan Sivia, Nova dan Oik?

Baca di Diary of 7-3 Sudent Part 5: Berbagi mimpi.

Diary of 7-3 Student Part 3: Partner in Crime

Diary of 7-3 Student Part 3: Partner in Crime


Koridor kelas 7 kosong saat Ify berjalan kearah kelasnya.

Bruk. Bersamaan dengan terdengarnya suara itu Ify terjatuh kelantai.

“Kalo jalan pake mata dong! Jangan pake dengkul!” Bentak sesuatu… Maksudnya seseorang yang tadi menabrak Ify. Si penabrak itu keluar dari kelas 7-2 yang baru akan dilewati
Ify. Ify mengucek-kucek matanya sebentar sebelum menatap penabraknya yang juga
jatuh didepannya.



“Mana ada jalan pake mata! Pake kaki kali.” Jawab Ify memandang cewek yang terduduk didepannya itu.



“Udah nabrak, kurang ajar lagi lo!”



“Jelas-jelas yang nabrak gue elo.” Jawab Ify cemberut sambil berdiri lalu membersihkan roknya, mengambil 2 bungkus keripik kentang miliknya yang tadi terjatuh juga,
dan langsung berjalan ke kelasnya.



“Sivia? Ngapain lo di lantai?” Tanya seorang cewek yang baru muncul dari kelas 7-1 sambil mengulurkan tangannya, menawarkan bantuan.



“Ada cewek yang nabrak gue tadi. Nyebelin banget tau gak!” Jawab Sivia berdiri dibantu Oik, cewek yang baru datang itu.



“Cewek yang mana?” Tanya Oik bingung.



“Maksud dia Ify.” Seorang cewek berjalan tenang menghampiri Sivia dan Oik. Cewek itu sebenarnya dari tadi memperhatikan seluruh kejadian, mulai dari saat Sivia
menabrak Ify sampai saat Oik menolong Sivia.



“Lo siapa?” Tanya Sivia memandang cewek yang tadi dia lihat duduk di pinggir lapangan basket, entah melakukan apa.



“Kenalin. Gue Nova Chintya Sinaga. Panggil aja Nova. Anak kelas 7-3.”



“Gue Sivia. Kelas 7-2. Lo kenal sama cewek tadi?” Sivia bersalaman dengan Nova.



“Dia Alyssa Saufika Umari. Dipanggil Ify. Anak kelas 7-3 juga. Dia emang nyebelin. Cuekin aja.”



“Gue Oik. Kelas 7-1. Kok kayaknya gue pernah denger nama lo ya? Em… Oh iya! Gue inget! Lo anak yang katanya NEMnya paling tinggi di angkatan kita ‘kan? Cewek yang kata
anak-anak kelas 7-3 udah keliatan pinternya dari hari pertama sekolah?” Oik
menatap Nova menyelidik.



“Perasaan gue sih biasa aja. Tapi gak tau kalo ada yang bilang gitu. Emang siapa yang bilang?”



“Tetangga gue, namanya Keke. Kata dia lo itu pinter. Tapi agak dingin sama orang yang baru dikenal.”



“Oh Keke.”



“Kok kalian jadi ngomongin orang lain sih? Gue lagi sebel sama Ify malah pada ngomongin orang lain lagi. Pokoknya gue haris bales cewek nyebelin itu. Apapun caranya. Harus!
Kalian ikut gak?” Sivia memandang Oik dan Nova.



“Gue ikut. Gue juga sebel sama tuh anak. Kecentilan banget. Main sama anak cowok mulu. Sok akrab sama Alvin, Cakka, Gabriel, & Rio. Nempel mulu sama mereka?”



“Ify akrab sama Rio? Mario Stevano Aditya?” Oik terdengar terkejut.



“Iya. Emang ada berapa Rio sih di 7-3? Cuma satu ‘kan? Lo kenal sama Rio?”



“Kenal. Dia tetangga gue. Sepupunya Keke ‘kan? Hehehe.” Oik ketawa gugup. Sepertinya dia benar-benar terkejut mendengar Ify akrab dengan Rio.



“Rio sepupunya Keke? Gue baru tau.” Jawab Nova heran.



“Lo ikut gak Ik?” Tanya Sivia.



“Ikut deh.” Jawab Oik.



“Oke. Ada yang punya ide gak?” Sivia bertanya.



“Menurut gue, mendingan kita pake keisengan-keisengan kecil aja. Kalo kita pake rencana yang kelewat rumit, nanti kesempatan berhasilnya makin kecil. Trus jangan sampe Ify sadar. Kalo dia
sadar, dia pasti bakal lebih waspada. Kalo udah kayak gitu susah ngerjainnya.
Gini rencana gue…”







Di kelas 7-3







“Kok cemberut sih Fy?” Tanya Alvin memandang Ify yang baru kembali dari kantin. Kalimat Alvin itu membuat Cakka yang tadi sedang memainkan Hpnya memandang Ify juga.



“Tau. Ngapain muka ditekuk gitu. Kalo si Aren sih gak malah jadi imut. Kalo elo? Makin jelek tau.” Ledek Cakka.



“Gak ngaruh lo muji Aren. Orangnya lagi pake earphone. Gak kedengeran deh.” Jawab Ify melirik Aren yang sedang memainkan PSP Cakka sambil mendengarkan iPodnya. Di kelas sekarang hanya
ada mereka berempat sementara murid-murid yang lain sedang istirahat di kantin.



“Jadi kenapa lo cemberut?” Tanya Alvin lagi, memandang Ify menyelidik.



“Ada cewek di depan yang nabrak gue. Udah dia yang nabrak, dia juga yang ngomel lagi!” Ify terlihat benar-benar kesal sekarang.



“Ya udahlah Fy, cuekin aja. Ngomong-ngomong keripik gue mau lo makan sendirian nih?” Tanya Alvin menunjuk 2 bungkus keripik kentang di meja Ify.



“Gak bisa gue marah lama-lama sama lo Vin.” Ify nyengir sambil meletakkan satu bungkus keripik di meja Alvin lalu membuka satu bungkus lagi.



“Ya iyalah! Mana ada manusia yang nggak luluh hatinya sama gue?” Tanya Alvin membuat Ify tertawa kecil.



“Gue nggak luluh tuh. Cuma Ify yang luluh gitu aja sama lo.” Cakka meledek Alvin.



“Siapa juga yang luluh. Eh kok si Agni gak bareng kalian sih? Tumben. Biasanya nempel banget sama kalian.” Ify celingukan mencari sosok cewek berambut pendek itu. Padahal jelas-jelas hanya ada
mereka berempat di kelas.



“Gak tau. Kayaknya dia mulai lupa sama kita.” Jawab Cakka pelan.



“Lupa gimana?” Tanya Ify heran.



“Dia bukan lupa. Dia cuma lagi asik sama temen-temen barunya, itu aja.” Alvin menjawab pertanyaan yang sebenarnya ditujukan pada Cakka itu.



“Iya. Ray sama Deva. Mereka bertiga udah klop banget. Tiga-tiganya iseng. Lo liat ‘kan kalo mereka rajanya iseng disini? Agni udah dapet Partner in Crime baru.” Cakka menunduk kecewa.



“Hey Fy, nih titipan lo.” Gabriel baru masuk kelas diikuti Rio.



“Titipan apaan?” Tanya Ify bingung.



“Tadi kan lo nitip pinjemin gitar.” Jawab Gabriel sambil menyodorkan gitar yang dari tadi dibawanya.



“Oh iya. Gue lupa. Makasih ya Yel. Gitar siapa nih?”



“Gitarnya Irsyad, anak 7-2. Nanti lo kasih ke gue kalo udah selesai. Gue aja yang balikin.” Kata Gabriel.



“Eh Fy, ngomong-ngomong soal partner, lo udah punya partner buat pelajaran musik gak?” Tanya Alvin.



“Partner apaan?” Ify bertanya balik.



“Partner pelajaran musik. ‘Kan disuruh sama Bu Winda cari partner. Buat setaun kedepan.” Jawab Alvin.



“Bentar ya,” Kata Ify lalu membalikan tubuhnya, memandang kedepan lagi.



“Rio Rio.” Panggil Ify.



“Rio-nya sekali aja. Gak usah double gitu. Apa?” Tanya Rio yang tadi sedang mengobrol dengan Gabriel.



“Lo udah punya partner buat pelajaran musik belom?”



“Belom. Emang kenapa?”



“Gue boleh gak jadi partner lo?”



“Boleh.” Jawab Rio lalu kembali mengajak Gabriel mengobrol lagi.



“Nah, sekarang gue udah punya partner. Lo udah punya?” Jawab Ify tersenyum lebar pada Alvin.



“Gabriel! Gue jadi partner pelajaran musik lo ya?” Panggil Alvin.



“Oke.” Jawab Gabriel.



“Sekarang gue udah punya.” Alvin menjawab pertanyaan Ify tadi.



“Kok lo nggak sama Cakka?” Tanya Ify mengangkat alisnya.



“Dia sih dari pas diumumin udah sama Aren.” Jawab Alvin.







***







Gimana ya? Pelajaran musik nanti?



Apa sih, rencana Nova, Sivia dan Oik?



Baca di Diary of 7-3 Student Part 4: Pahlawan kesiangan.

Diary of 7-3 Student Part 2: Arti Seuntai Kata

Diary of 7-3 Student Part 2: Arti seuntai kata



“Nanti aku pulang sendiri aja kak.” Kata Ify saat turun dari mobil kakaknya yang sudah SMA, Kak Zevana.


“Emang kamu bisa dek?” Tanya Zevana ragu.


“Bisa dong kak. Aku udah murid SMP, bukan anak kecil lagi. Lagian Aren kan searah sama aku. Jadi ada temen pulang.” Ify menjelaskan dengan tidak sabar. Pasalnya Ify melihat Rio melintasi parkiran dengan sepedanya.


“Tapi kamu ‘kan…”


“Ya udah kak. Ify duluan.” Potong Ify sambil berlari kearah Rio yang sedang memarkir sepedanya.


“Pagi Rio!” Sapa Ify ceria. Rio hanya menoleh dan langsung sibuk lagi dengan gembok sepedanya.


“Jawab dong Ri. Kok diem aja sih?” senyum Ify melemah. Dia paling benci diabaikan.


Rio hanya melirik Ify tanpa senyum sebelum menjawab “Pagi Fy.” Dengan setengah hati sebelum berjalan kearah kelas 7-3.


Tapi jawaban Rio cukup untuk mengembalikan senyum Ify saat dia menjajari langkah Rio. Positive thinking Fy! Seenggaknya Rio inget namaku! Pikir Ify ceria.


Sesampainya di kelas Rio mendului Ify dan langsung duduk di tempatnya. Ify sendiri sempat menyapa Agni dan Dea sebelum duduk di kursinya.


“Pagi Fy.” Sapa Alvin dari belakang Ify.


“Pagi Vin.“ Jawab Ify menoleh ke belakang, memamerkan senyuman manisnya.


“Hari ini kita gak ada matematika atau fisika ‘kan? Gak sabar nih. Hari ini ‘kan jadwalnya sejarah, bahasa indonesia, PPKN sama olahraga. Gue ‘kan jago banget kalo soal pelajaran yang gak ada itungannya”
Alvin membuat senyum Ify berubah menjadi tawa kecil. Sementara Cakka yang duduk di samping Alvin sambil memainkan HP-nya hanya memutar matanya, tampak jelas bosan dengan kenarsisan Alvin.


“Jangan narsis deh. Liat aja nanti.” Jawab Ify.


“Pagi Ify, Alvin, Cakka…” Sapa Aren yang baru datang.


“Pagi.” Jawab Ify, Alvin dan Cakka bersamaan.


“Cuacanya cerah banget ya Ren?” Tanya Cakka. Ya ampun Cak, cuaca? Gak asik banget sih topiknya? Pikir Alvin geli. Kemarin Cakka memang mengaku pada Alvin dan Agni bahwa dia naksir Aren.


“Iya. Emang cerah banget.” Jawab Aren. Yah, Aren. Cakka ngomongin cuaca diladenin. Ganti Ify yang menahan tawa mendengar obrolan konyol ini.


“Ify.” Panggil suara yang sejak tadi memang ditunggu-tunggu Ify.


“Pagi Gabriel…” Ify berbalik dengan cepat & menemukan Gabriel sedang tersenyum padanya. Senyum yang bias membuat setiap cewek meleleh seperti cokelat yang diletakkan di aspal jam 12 siang musim panas (Maaf nih, penulisnya agak terobsesi sama senyumnya Gabriel…). Termasuk Ify yang sempat speechless sekian detik karena menerima hadiah yang indah banget pagi-pagi.


“Gue kira lo belom dateng. Sekarang ‘kan masih 10 menit sebelum bel. Lo udah siap buat pelajaran bahasa pertama kita? Ini gak kayak pelajaran bahasa biasa loh. Gue udah baca buku cetaknya. Ternyata materi pertama tuh tentang bahasa dalem puisi dan lagu. Jadi kayak kiasan gitu deh. Gue yakin ini akan jadi asik banget.” Gabriel menjelaskan dengan semangat.


Dengan cepat obrolan antara Ify dan Gabriel terjalin. Tapi tak satu pun di antara mereka yang menyadari ada 2 orang yang memperhatikan mereka mengobrol.


Salah satunya adalah Alvin. Alvin menatap Alvin dengan rasa sakit di hatinya. Pertama kali Alvin bertemu Ify saat pendaftaran. Alvin memang hanya melihat Ify sekilas. Tapi Alvin punya ingatan yang kuat, sangat kuat. Alvin suka pada Ify sejak saat itu. Alvin luar biasa senang bisa sekelas dengan Ify, meskipun dia tidak terang-terangan memperlihatkannya. Sebenarnya, kemarin Alvin jatuh bukan karena berusaha mendului Cakka dan Agni, tapi tersandung kaki meja karena sibuk memperhatikan Ify.



10 menit sebelum bel istirahat



Sekarang pelajaran bahasa Indonesia. Sementara Pak Duta menjelaskan Ify malah asik menggambari halaman terakhir buku tulisnya dengan pensil.


“Fy, peratiin dong!” Bisik Alvin.


“Emang kenapa?” Ify balik bertanya dengan suara pelan. Bisa dihukum habis-habisan mereka kalau ketahuan tidak memperhatikan penjelasan Pak Duta dan malah mengobrol. Meskipun jelas satu kelas sudah bosan menunggu pelajaran selesai. Contohnya Agni yang sedikit-sedikit melirik jam tangannya dengan tidak sabar dan Nova di belakang sana yang mendengarkan iPod dengan kabel earphonenya ditutupi rambutnya yang digerai.


“Kalo lo gak nyatet dan gak ngerti gue mau nyalin catetan siapa dong? Cakka cuma asal nyatet. Pasti isi catetannya longkap-longkap dan banyak yang disingkat-singkat. Punya Aren sih pasti rapi, lengkap dan jelas tulisannya. Tapi gak akan dipinjemin. Paling diomelin gara-gara gak nyatet.” Jawab Alvin, masih dengan suara lirih.


“Gue juga gak nyatet. Nanti mau minjem catetannya Gabriel. Tuh anak kan catetannya rapi banget. Abis itu lo boleh pinjem catetan gue deh.” Bisik Ify.


“Ify! Alvin! Jangan bisik-bisik!” Pak Duta membuat Ify dan Alvin tersentak.


“Maaf pak.” Jawab Ify dan Alvin bersamaan.


“Bapak punya PR untuk kalian semua. Cari makna dari kalimat ini. Dikumpulkan lusa, hari Jum’at, saat pelajaran bapak. Dikerjakan berkelompok, satu kelompok 2 orang.” Pak Duta menjelaskan sambil menulis satu kalimat di papan tulis.


“Fy gue sekelompok sama lo ya? Caka mau sekelompok sama Aren.” Bisik Alvin.


“Ya udah deh. Kalo nggak sama lo gue mau siapa lagi? Gabriel udah pasti sama Rio.” Desis Ify.


“Kok kedengerannya seolah-olah gue pilihan terakhir sih Fy?” Ify hanya nyengir dan memperhatikan pak Duta keluar dari kelas tepat sebelum bel istirahat berdering.


“Ke kantin yuk Fy?” Ajak Alvin.


“Ayo.” Jawab Ify berdiri.


“Fy aku ikut.” Aren menutup buku catatannya.


“Kalo Aren ikut gue juga ikut.” Cakka tiba-tiba sudah berdiri di samping Alvin.


“Ya udah yuk.” Alvin menarik tangan Ify keluar kelas.


“Ren, jadi lo bahasa sekelompok sama cowok gila ini? Ckckck. Gue takut nanti abis kerja kelompok lo jadi ikut-ikutan gila.” Ify membuka pemicaraan sekaligus meledek Cakka. Sekali dayung 2-3 pulau terlampaui.


“Ya elah Fy. Gue gak gila kali. Lo tuh yang gila. Bukannya nyatet pelajaran yang lo tau gurunya killer malah sibuk pacaran.” Cakka membalas ledekan Ify.


“Daripada nyatet tapi isinya gak jelas kayak lo.”


“Ify, Cakka, udah dong berantemnya. Kasian tuh Alvin.” Aren cekikikan.


Ify dan Cakka memandang Alvin lalu diam sejenak mendengarkan senandung pelan Alvin. Saat menyadari apa yang dinyanyikan Alvin tawa mereka meledak. Begini nih lirik ‘lagu’ yang dinyanyikan Alvin: “Kacang-kacang. Dijual murah. Ada kacang tanah, kacang kulit, kacang telur, kacang ijo, kacang merah, kacang ungu, kacang pelangi…”


“Vin, gue tau suara lo bagus. Tapi kita udah nyampe kantin.” Kata Ify setelah tawanya reda.


“Gue tau kalo suara gue bagus kok Fy.” Alvin duduk disamping Ify sementara Cakka dan Aren duduk di seberang mereka.


“Kayaknya gue salah nih udah muji lo.”



Pelajaran olahraga, jam terakhir.



Kelas 7-3 sekarang pelajaran olahraga. Guru olahraga mereka, Pak Dave memerintahkan mereka untuk main basket sementara beliau menghilang entah kemana. Di SMP Melodi ada 2 lapangan basket. Jadi sekarang satu lapangan dipakai murid cowok main basket 4 on 4 yang satu lagi dipakai murid cewek.
Alvin dan Aren duduk di lantai semen di pinggir lapangan. Bangkunya masih basah
habis dicat.


Awalnya mereka berdua hanya diam-diaman. Aren yang agak pendiam
jarang mengobrol dengan Alvin. Biasanya sifatnya itu tertutupi sifat Ify yang
cerewet. Alvin sendiri bingung mau bicara apa dengan Aren.


Akhirnya Aren memecahkan keheningan dengan bertanya, “Lo suka baca novel gak Vin?”


“Kadang-kadang aja. Emang kenapa?”


“Pernah baca Diary of a Wimpy Kid?”


“Itu sih novel favorit gue. Kocak banget!”


“Apalagi yang kedua. Sumpah, lucu banget!” Aren tertawa kecil. Akhirnya mereka mengobrol sambil tertawa-tawa. Mereka tidak sadar kalau Cakka memperhatikan mereka dari jauh. Ih si Alvin ngapain sih pake ngobrol sama Aren gitu! Udah tau gue suka sama Aren. Pikir Cakka kesal.


“Cak awas!” Cakka mendengar seseorang berteriak tepat sebelum sesuatu yang keras menghantam kepalanya.


“Aduh!!! Mainnya pada yang bener dong! Sakit tau!” Cakka berteriak sambil menggosok kepalanya yang sakit terkena bola basket.


“Lo yang harusnya bener Cak! Bengong mulu sih!” Jawab Goldi yang tadi buru-buru menghampirinya. “Sakit ya?”


“Ya iyalah!”


“Pusing?”


“Dikit.”


“Oke. Lo istirahat aja sana. Alvin! Sini!” Goldi yang kapten team Cakka memutuskan dengan cepat. Cakka melangkah dengan gontai ke pinggir lapangan. Cowok satu ini memang suka main basket. Tapi kalau sudah tidak mood, tidak akan mau main sama sekali.


“Ify?” Dia berhenti persis di depan Ify yang sedang minum air mineral di bangku di pinggir lapangan. Bukannya tadi yang duduk di pinggir lapangan Aren?


“Eh Cakka.” Jawab Ify.


“Bukannya tadi yang duduk disini Aren? Bukannya tadi lo lagi main?”


“Gantian. Capek tau gak! Gue kan kapten, lawan gue kaptennya Agni. Dia sama Zahra mainnya cepet banget. Gue capek banget. Untung ada Dea. Jadi bebannya kurang.” Ify mengeluh.


“Lagian mau disuruh jadi kapten. Udah tau Agni kalo udah main sama Zahra gak bisa dikalahin. Bagi dong minumnya.”


“Gue tau mereka emang jago. Tapi gue kira masih ada celahnya. Ternyata gue salah. Nih.” Ify mengambil sebotol air mineral dingin yang memang disediakan di cooler box untuk kelas VII-3.


“Sadar juga akhirnya. Tapi permainan lo juga not bad kok. Kalo dilatih terus pasti lo bisa ngalahin Agni.” Jawab Cakka sebelum meminum air mineralnya.


“Gue lempar bola dari dalem garis three point aja tadi yang berhasil cuma 2 kali dari 5 lemparan. Belom lagi ngambil bola dari Agni. Susah banget tau. Lagian mana ada yang mau ngelatih gue.”


“Gue mau kok bantuin lo latihan. Gini-gini pas SD gue kapten team basket loh.”


“Hah? Serius lo mau bantu gue?”


“Why not? Kalo perlu gue latih lo 3 hari. Dari hari ini sampe hari Kamis. Meskipun gue cuma bisa ngelatih 2 jam. Tapi nggak gratis. Ada syaratnya.” Cakka nyengir pada Ify.


“Apaan?” Ify menatap Cakka dengan tatapan menyelidik. Cakka lalu berbisik di telinga Ify. Setelah itu Ify terlihat berfikir sejenak.


“Oke deh. Gak masalah.” Jawab Ify akhirnya.


“Kalo gitu gue tunggu lo di sini pulang sekolah. Bola basketnya nanti gue pinjem sama Agni.” Cakka dan Ify mengesahkan perjanjian itu dengan bersalaman.



Pulang sekolah



Ify meletakkan tasnya yang baru diambil dari kelas di pinggir lapangan lalu menghampiri Cakka yang sedang memainkan bola basket Agni sendirian di tengah lapangan. Cakka yang melihat Ify sudah datang melempar bola basketnya pada Ify.


“Coba lo masukin ke ring. Dari dalem garis three point aja dulu.” Cakka memberi komando, memulai latihan mereka.


Hari Rabu, pulang sekolah.


“Fy ngerjain tugas kelompok bahasa yuk!” Ajak Alvin mengejar Ify yang sudah keluar dari kelas lebih dulu.


“Gak bisa hari ini Vin. Gue ada latian basket sama Cakka. Besok aja ya.” Jawab Ify sebelum berjalan cepat ke lapangan basket.



Hari Kamis, pulang sekolah.



“Ify!” Panggil Alvin menunduk memandang Ify yang sedang mengikat tali sepatunya di samping pintu kelas.


“Kenapa Vin?” Jawab Ify tanpa mengangkat kepalanya dari sepatunya.


“Ngerjain tugas bahasa yuk!”


“Gue mau latihan basket dulu Vin! Latihan terakhir hari ini! Kalo nggak lo kesini aja 2 jam lagi. Pasti gue udah selesai latihan.” Kata Ify.


“Tapi Fy…”


“Bye Vin! Cakka udah nunggu tuh!” Potong Ify sambil berlari ke lapangan, meninggalkan Alvin yang hanya dapat memandang cewek itu dengan kecewa.


Seusai latihan.


“Udah bisa kan sekarang? Lo udah makin jago. 4 dari 5 lemparan lo dari luar garis three point berhasil. Tugas gue ngelatih lo udah selesai. Sekarang tinggal laksanain janji lo aja.” Kata Cakka. Mereka baru selesai latihan.


“Itu sih gampang. Tapi Alvinnya udah tau kan?” Tanya Ify.


“Belom. Abis ini mau gue kasih tau.” Jawab Cakka.


“Tapi kenapa sih lo mau buang-buang waktu lo buat ngelatih gue? Padahal nggak lo latih sekalipun gue juga gak akan nolak kalo Alvin ngajak gue jalan.”


“Gue cuma mau mastiin lo gak akan nolak.”


“Emang kenapa sih Alvin mau ngajak gue jalan?”


“Gue punya feeling kalo… Ah udahlah. Gak penting. Yang pasti lo gak akan nolak ‘kan?”


“Emang gue punya kesempatan? Gue udah janji. Dan yang namanya Alyssa Saufika Umari itu gak akan ingkar janji.”


“Oke deh. Gue percaya kok sama lo.”


Jum’at pagi


“Ku tak percaya…

Kau ada disini…

Menemaniku…

Di saat dia pergi…” Ify menyenandungkan lagu Rasa ini pelan sambil berjalan kearah kelasnya. Saat sudah di dekat kelasnya Ify berhenti dan tiba-tiba bersembunyi dibalik pilar didepannya melihat Alvin setengah menarik-setengah menyeret Cakka ke sisi lain pilar tempat Ify bersembunyi.


“Cak maksud lo apa sih pake ngelatih Ify main basket segala? Lo kan tau gue suka sama dia! Atau lo mau ngerebut dia dari gue?” Alvin berbisik pelan pada Cakka. Tapi Ify cukup dekat
untuk mendengar omongan Alvin. Tapi Ify memilih diam.


“Tenang Vin. Gue gak berusaha ngedeketin Ify kok.”


“Trus ngapain lo pake ngelatih Ify main basket segala?”


“Gue cuma mau minta sesuatu sama dia.”


“Minta apa?”


“Minta supaya dia mau jalan sama lo.” Jawaban Cakka ini membuat Alvin diam sejenak.


“Maksud lo?” Alvin terdengar tidak percaya.


“Gue mau ngelatih dia main basket dengan syarat dia gak akan nolak kalo lo ngajak dia jalan.”


“Lo serius Cak?”


“Ya iyalah. Masa lagi kayak gini gue bercanda.”


“Kok lo gak bilang sama gue?”


“Gue kenal elo udah lama bro. Gue tau lo pasti mau usaha sendiri. Gak akan mau gue bantu,” Jawab Cakka pelan.


“Ya ampun Cakka, gue minta maaf banget ya. Gue udah kasar sama lo tadi.”


“It’s okay. Udah yuk ke kelas. Nanti ada yang denger obrolan kita lagi.” Alvin hanya menurut saja ajakan Cakka itu. Ify tiba-tiba merasa seakan-akan baru mendapat pencerahan. Dia berjalan
masuk ke kelas dan langsung duduk di kursinya.


“Pagi Aren, Cakka, Alvin.” Sapanya ceria sambil mengeluarkan buku latihan bahasa indonesianya. Dia belum sempat mengerjakan PR-nya. Dia benar-benar bingung.


“Pagi Fy. Um… Ify, gue belom ngerjain PR bahasa. Gue gak ngerti maksud kalimatnya.” Kata Alvin.


“Oke. Sori ya Vin kemaren-kemaren gue sibuk latihan basket. Padahal lo udah ngajak ngerjain tugasnya. Gue juga belom ngerjain. Tapi kayaknya gue udah ngerti deh. Bentar ya.” Jawab Ify lalu menunduk membaca satu-satunya
kalimat dibuku latihannya. Kalimat itu berbunyi: Kita bagai bulan dan bintang.
Ify menulis di baris berikutnya lalu menyerahkan buku latihannya pada Alvin.


“Bulan dan bintang saling membutuhkan. Tanpa bintang bulan takkan bersinar dan tanpa bulan bintang bagai sendirian. Sama seperti persahabatan. Sahabat pasti saling membutuhkan.” Baca
Alvin.


“Ya ampun Fy, dalem banget! Ngutip dari mana lo kalimat ini?” Sambar Cakka.


“Enak aja ngutip. Gue mikir sendiri tau.” Jawab Ify mengundang tawa sahabat-sahabatnya itu.


Nggak bener-bener mikir sendiri sih, berkat lo sama Alvin gue sadar kalo seorang sahabat sejati pasti rela berkorban demi sahabatnya. Makasih ya Cak, lo udah ngajarin gue main basket dan
ngindarin gue sama Alvin dari hukuman Pak Duta. Tapi yang paling penting, lo
udah ngajarin gue arti persahabatan yang sebenarnya. Pikir Ify.


***


Tunggu deh, katanya yang memperhatikan Ify dan Gabriel dua orang? Selain Alvin siapa lagi?

Jadi nggak ya, Alvin sama Ify jalan?

Baca lanjutannya di Diary of 7-3 Student Part 3: Partner in Crime.

Glitterfy Rio

Fotonya hasil jepretan aku sendiri nih


Glitter Photos
[Glitterfy.com - *Glitter Photos*]

Diary of 7-3 Student Part 1: First Day

Hey, Aku udah pernah cerita kan tentang cerbung ini? Cerbung yang aku tulis sendiri. Tokoh-tokohnya anak-anak Idola Cilik. Jadi kalian pasti nemu nama Rio disini... Enjoy it!!

Part 1: First Day



"7-1, 7-2..." gumam Ify sambil berjalan cepat menyusuri lorong SMP Melodi. Ini hari pertamanya masuk SMP. Ify beruntung bisa masuk SMP Melodi, kata kakak Ify. Memang agak sulit untuk masuk ke SMP Melodi. Disini hanya murid yang punya bakat dalam bidang musik yang diterima. Syarat lain untuk bersekolah disini adalah harus bisa memainkan minimal satu alat musik. Di SMP Melodi pelajaran yang berhubungan dengan musik lebih banyak dan lebih diutamakan. Ify juga senang bisa masuk SMP ini. Disini tidak ada MOS. Jadi murid kelas 7 tidak perlu takut dikerjai kakak kelas.

"Ini dia. Kelas 7-3." gumam Ify sebelum masuk ke kelas dengan papan kecil bertuliskan angka 7-3 di atas pintunya. Suasana di dalam kelas sudah lumayan ramai. Ada beberapa anak yang sedang mengobrol.

Ify lalu menghampiri salah satu meja kosong dan duduk di kursinya. Ify meletakkan tas selempangnya dan merapikan rambutnya yang digerai dan dipasangi bando biru muda.

"Misi, aku boleh duduk disini gak?" tanya seorak anak perempuan pada Ify.

"Boleh kok. Duduk aja." jawab Ify memperhatikan anak itu meletakkan tasnya di sebelah kiri Ify.

"Oh iya, gue Ify."

"Aku Aren."

"Lo main alat musik apa?"

"Biola. Kalo kamu?"

"Gitar." jawab Ify sebelum menoleh ke arah pintu untuk melihat jam dinding di atas pintu dan langsung memperhatikan dua cowok yang baru masuk kelas, yang satu dengan gaya tidak peduli yang satu lagi dengan senyum ramah. Ify masih memperhatikan kedua cowok itu saat mereka duduk di depan Ify dan Aren.

"Pagi." sapa Ify pada kedua cowok itu.

"Pagi juga. Gue Gabriel." jawab salah satu cowok itu.

"Gue Ify." Ify memamerkan senyum manisnya pada Gabriel.

"Aku Aren."

"Temen lo siapa?" Ify mengingatkan bahwa teman Gabriel itu hanya diam dan mengacak-ngacak tasnya, sepertinya mencari sesuatu.

"Woi Yo, ada yang nanyain lo nih." kata Gabriel pada temannya itu.

Cowok yang dipanggil Yo itu hanya memandang Ify sekilas lalu kembali menunduk dan mengacak-ngacak tasnya sebelum berkata, "Gue Rio."

"Lo main alat musik apa Yo?"

"Bukan urusan lo." jawab Rio dingin.

"Emang kenapa sih gue gak boleh tau?" tanya Ify heran.

"Suka-suka gue dong." jawaban Rio ini membuat Ify panas. Dia memang agak temperamental.

Ify pasti sudah memprotes dengan kesal kalau tidak mendengar bunyi gedebuk yang berasal dari belakangnya. Ify menoleh dan menemukan seorang cowok sedang mengerang kesakitan di lantai samping meja belakangnya. Ify otomatis berdiri dan mengulurkan tangannya, menawarkan bantuan ke cowok itu. Cowok itu menyambut tangan Ify dan langsung berdiri dengan sigap.

"Thanks ya. Gue Alvin." kata cowok itu.

"Ify." jawab Ify tersenyum.

" Kok lo bisa jatoh sih Vin?" tanya Ify setelah mereka duduk lagi di bangku masing-masing. Alvin duduk di belakang Ify.

"Abis dia lari sih. Berusaha nyampe meja lebih dulu dari gue sama Agni. Lagian lo ngapain sih pake nolongin Alvin? Dia juga bisa berdiri sendiri." Cowok yang duduk di samping Alvin memandang Ify. Ada aura permusuhan terpancar dalam pandangan matanya.

"Maksud lo apa sih? Gue cuma nolongin Alvin. Udah. Kenapa malah lo yang sewot sih? Alvin yang gue tolongin aja gak masalah." Jawab Ify.

"Tapi..."

"Cak." Potong seseorang. Ify mendongakkan kepalanya dan menemukan seorang cewek berdiri di samping cowok yang marah-marah itu. "Lo jangan cari masalah. Ini baru hari pertama sekolah." Ify tersenyum mendengar cewek itu membelanya.

"Tau Cak. Ify 'kan udah baik mau nolongin gue. Meskipun emang gak ada cewek yang bisa nahan diri buat nolongin gue sih." Cengiran Ify makin lebar mendengar pembelaan Alvin. Meskipun Alvin juga selain membela Ify mengambil kesempatan untuk bersikap narsis.

"Hei." Panggil cewek yang tadi membela Ify. "Gue Agni. Ini Cakka. Cuekin aja dia. Dia emang suka nyebelin."

"Gue Ify. Kalian main alat musik apa Ag, Vin?"

"Gue sama Agni main bass." Alvin nyengir.

"Gue piano. Tapi keyboard juga bisa." jawab Cakka.

"Gak ada yang nanya lo." Ify menatap Cakka jutek. Cakka pasti sudah membalas kata-kata Ify jika tidak melihat seorang guru baru saja masuk ke kelas mereka. Ternyata saking asiknya mereka mengobrol sampai-sampai tidak mendengar bel berbunyi. Ify kembali menatap ke depan kelas dan Agni menyelinap ke mejanya.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa guru itu. Beberapa murid menyahut pelan sapaan itu. "Saya Bu Ira. Wali kelas kalian dan guru vocal di kelas ini. Saya ucapkan selamat datang pada kalian di kelas 7-3 SMP Melodi. Kalian sudah tahu nama Ibu. Sekarang Ibu ingin tahu nama kalian. Jadi kita mulai perkenalannya ya? Tolong mulai dari yang duduk di depan dekat pintu berdiri, lalu sebutkan nama panggilan dan alat musik yang kalian mainkan. Kalian boleh mulai sekarang."

"Saya Ray. Main alat musik drum." cowok diujung memperkenalkan dirinya.

"Saya Deva. Alat musik gitar." yang ini cowok di samping Ray.

"Saya Dea. Main piano."

"Saya Agni. Alat musik bass."

"Saya Rio. Gitar." Oh jadi Rio main gitar, Pikir Ify. Emang sebagian besar murid kelas ini kayaknya bisanya main gitar. Itu alat musik yang paling sering dimainin, menurut gue.

"Saya Gabriel. Main gitar."

Selanjutnya perkenalan menjadi agak membosankan. Sehingga setelah Ify memperkenalkan dirinya dia langsung tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Gabriel emang keren, pikir Ify memperhatikan cowok yang duduk di depannya itu. Alvin juga lumayan. Tapi gak sekeren Rio. Apa kerenan Gabriel sama Alvin ya? Gak tau ah. daripada mikirin mereka mendingan aku fokus ke mimpiku jadi musisi terkenal. Setelah aku masuk SMP Melodi, peluangku lebih besar.


Inilah hari pertama Ify di kelas 7-3 SMP Melody. Pertemuan Ify dengan Aren yang lembut, Gabriel yang ramah, Cakka yang nyebelin, Agni yang tomboy, Alvin yang lucu dan Rio yang cuek.


***


Kenapa Rio cuek banget?
Kenapa Cakka memusuhi Ify?
Baca lanjutannya di Diary of 7-3 Student: Arti seuntai kata.

Jumat, 04 Juni 2010

Sang juara

Posting kali ini gak banyak. Aku cuma post puisi yang aku tulis untuk Rio. Aku masih sedih sih Rio gak jadi juara satu. Tapi juara 2 juga udah prestasi banget kok! Nih puisinya

Sang Juara

Awalnya ku hanya menyaksikan sekilas
Semula hanya pengisi waktu luang
Tapi lama-lama aku terhanyut
Perlahan aku tenggelam

Sekilas terdengar bagai kicauan burung kecil
Hanya latar dari indahnya dunia
Tapi ternyata dia sang tokoh utama
Dialah pusat gravitasi

Sejak saat itu aku jatuh cinta
Alunan musiknya membuaiku
Melodinya melenakanku
Senyumnya melelehkanku

Meski kau bukan yang nomor satu bagi mereka
Kau tetap nomor satu untuk pendukungmu
Bagiku kau yang terbaik
Untukku hanya Rio sang juara

Sekian puisi dari saya... Sampai jumpa lagi, oke? Bye...

P.S.: Puisi ini aku kirim ke twitter @RODARSTARontwit. Ditulis oleh Rena/Rhee

Jumat, 02 April 2010

4 Besar Idola Cilik 3

Hai Renaissance!!!! Rena balik lagi!!! Dengan berita gembira! Rio lolos ke 4 besar!! Besok jam 13.00 aku akan liat perform Rio!! Sedihnya, Ozy gugur di 5 besar. Hufh... Ozy. Gak ada lagi deh yang senyumnya semanis sirup 5 liter. Aku masukin yah, daftar lagu yang akan dinyanyiin 4 besar IC besok...

Rio - Takkan Terganti (Marcell)
Alvin - Untuk mencintaimu (Seventeen)
Nova - Lama-lama aku bosan (Audy)
Lintar - Untukmu selamanya (Ungu)
Rio Ft. Alvin - Lelaki Hebat (Seventeen)
Rio Ft. Nova - Symphoni yang indah (Once)
Rio Ft. Lintar - Mudah saja (Sheila on 7)
Alvin Ft. Nova - Sahabat (Lucky Laki)
Alvin Ft. Lintar - Kisah cintaku (Ungu)
Nova Ft. Lintar - Mengejar matahari (Ari Lasso)

Bintang tamunya D'Massiv atau Super Idola. Semoga Super Idola hari Sabtu! Mereka nyanyi Sang Pemimpi sama Akulah Dia. (Atau judulnya Dialah Aku ya? Pokoknya itu deh)
Oh Iya, aku bikin cerpen tentang IC nih! Cerpen yang aku harap akan jadi 'Penuh Kejutan'. Aku kasih linknya ya.

Diary of 7-3 Student Part 1: First Day
http://idolaciliklovers.ning.com/forum/topics/diary-of-73-student-part-1

Diary of 7-3 Student Part 2: Arti Seuntai Kata
http://idolaciliklovers.ning.com/forum/topics/diary-of-73-student-part-2

Diary of 7-3 Student Part 3: Partner in Crime
http://idolaciliklovers.ning.com/forum/topics/diary-of-73-student-part-3

Diary of 7-3 Student Part 4: Pahlawan Kesiangan
http://idolaciliklovers.ning.com/forum/topics/diary-of-73-student-part-4

Part 5: Mimpi-mimpi Rio masih dalam tahap pengerjaan. Tunggu aja. Aku pilih kelas 7-3 soalnya aku lagi kangen sama sahabatku, atau sekarang mantan sahabatku. Aku sempet berantem sama dia. Udah baikan. Tapi tetep ada jarak antara kami. Udah dulu ya Renaissance. Rena mau ngerjain Do7-3S lagi.

Bye Renaissance!!!

Senin, 22 Maret 2010

Renaissance

Hai hai hai!!!! Rena balik lagi nih. Dengan LUAR BIASA GEMBIRA!!!!!! Rio lolos ke 5 besar!!! Tapi kali ini gak ada hubungannya sama Rio. Ini soal fans Rena. Dengan ini Rena meresmikan fans club Rena yang namanya RENAISSANCE. Mau tau kenapa harus Renaissance? Kurang lebih artinya sama kayak fansnya Rio yaitu Rise. Rise 'kan artinya bersinar, jadi semua Rise harus bisa bersinar lewat cara masing-masing. Renaissance artinya kebangkitan. Soalnya Rena mau kalo baca blog Rena para Renaissance yang lagi kecewa, putus asa, patah hati, patah kaki dan sejuta kesedihan lainnya semangat lagi!! Di blog ini Rena mau berbagi keceriaan sama kalian semua. Emang sih, Rena agak jarang ngotak-ngatik diary Rena ini. Tapi tetep. Di sini semua harus CERIA!!! Kayak videonya Alvin ini!!!

http://www.youtube.com/watch?v=7ABh79ZwkVk

Rena akan update diary Rena lagi secepatnya. Bye Renaissance!!!!

P.S.: Berhubung Rena gak ngerti cara masukin video, jadi URL-nya di copas aja ya....

Selasa, 16 Februari 2010

Mario Stevano Aditya (Rio Idola Cilik 3)

Udah lama gak main kesini... Beberapa dari kalian yang baca ini pasti ada yang suka nonton Idola Cilik dong? Aku suka banget sama yang namanya Rio. Suaranya bening banget! Udah gitu gayanya juga keren. Kayak biasa, aku udah mulai nyalin gayanya Rio. Jam digital, gelang rantai... Sifat copycat-nya kambuh. Hehehe.... Anyway, aku masukin nih fotonya Rio. Siapa tau kalian mau ikut jadi copycat juga.


Mengingat aku cewek dan Rio cowok, aku cuma bisa ngikutin gelang sama jam aja. Itu juga gak persis. Soalnya jamku warna pink. Tapi coba kalian nonton performancenya Rio hari Sabtu jam 13.00... Pasti kalian suka... Oh iya, jangan lupa SMS dengan format ini ya:

IC (spasi) RIO

Kirim ke 6288. Yang banyak!!!