Jumat, 18 Desember 2009
Luna Torashyngu
Sabtu, 05 Desember 2009
Neville Feeling
Judul: Neville Feeling
Timeline: Tahun kelima
Disclaimer: Sampe sekarang sih JKR. Nggak tau deh, kapan dikasih ke saya.
“Ginny? Ngapain kamu di situ?” Tanya Neville terbangun melihat Ginny berdiri di pintu kamarnya. “Sorry Neville! Aku mau bangunin Harry. Ada masalah kecil.” Kata Ginny sambil menunjuk ke ruang rekreasi di belakangnya. “Kenapa?” Tanya Neville heran. “Hermione dan… Ron.” Jawab Ginny sambil berjalan ke arah tempat tidur Harry. “Kenapa Ginny?” Tanya Harry sambil meraih kacamatanya yang di sodorkan Ginny setelah Ginny mengguncang-guncang tubuhnya beberapa saat. “Hermione menangis di ruang rekreasi. Ron marah-marah tadi karena Hermione membela seseorang. Kau kan sahabat terdekat mereka. Kupikir kau bisa membantu.” Jawab Ginny mengulurkan tangannya untuk membantu Harry berdiri. “Apa maksudmu seseorang?” Tanya Harry meraih tangan Ginny. “Si Pangeran Pure-Blood yang manis dari Slytherin.” Jawab Ginny singkat dengan ekspresi jijik. “Hermione membela Malfoy? Jam 2 pagi? Semalam ini?” Tanya Harry heran. Sementara itu Harry, Ginny dan Neville sudah tiba di ruang rekreasi tempat Hermione menangis terisak-isak di kursi favoritnya di sebelah perapian. “Hermione? Kenapa kau menangis?” Tanya Harry sambil duduk disebelah Hermione. “Tadi… tadi… Ron meminjam Essai ramuanku. Jam setengah 2 aku turun untuk mengambil essaiku. Ternyata Ron belum selesai. Aku lalu bertanya pada Ron kenapa dia belum selesai juga mengerjakannya. Katanya dia masih kesal pada Draco karena mengejeknya terus pada latihan qudditch tadi. Jadi dia memantrai Draco. Flint harus membawa Draco ke rumah sakit setelah itu. Aku bilang padanya bahwa quidditch bukan alasan untuk menyerang Draco. Dia marah-marah dan mengataiku sinting. Lalu dia keluar begitu saja.” Jawab Hermione perlahan diiringi isakannya. “Sudahlah Hermione. Kau kan tahu kalau Ron memang sedang kesal karena Malfoy. Dia juga masih marah padaku karena aku dilarang main quidditch seumur hidup oleh hantu kodok betina tua itu. Dan… aku boleh Tanya tidak?” Kata Harry. Hermione mengangguk sambil tersenyum berterima kasih. “Sejak kapan kau memanggil Malfoy dengan nama depan?” Tanya Harry ingin tahu. “Maaf Harry tapi kurasa aku mau tidur dulu” Jawab Hermione berdiri sambil tersenyum lemah. “Harry… Kurasa kau tidak akan senang melihat ini.” Kata Ginny menyodorkan sepotong kecil robekan perkamen yang ditinggal Hermione di situ setelah rambut coklat Hermione menghilang di tangga kamar anak-anak perempuan. Harry membacanya sekilas lalu menyarahkannya pada Neville. Di kertas itu ada catatan dalam tulisan Hermione: Draco Malfoy. Hermione Granger. “Mmm… Ginny? Bisakah kau datangi Hermione dan berikan catatan ini padanya? “ Tanya Neville sambil menyodorkan perkamen yang langsung diambil Ginny sambil mengangguk. “Yuk, Harry.” Kata Neville sambil melangkah ke kamar anak laki-laki diikuti Harry. 5 menit kemudian, Neville berbaring di tempat tidurnya memikirkan Hermione. Hermione yang ramah. Hermione yang manis. Hermione yang cerdas. Hermione yang menuliskan nama Draco Malfoy di atas namanya. Kalimat terakhir itu menghantamnya seperti bludger transparan. Ya. Sudah bertahun-tahun Neville menyayangi Hermione lebih dari kasih sayang seorang sahabat. Tetapi rasa minder Neville membuatnya terbiasa memendam perasaannya di dalam hati. Ada 3 gadis manis yang memenuhi pikirannya. Yang pertama Hermione Granger. Kedua Ginny Weasley. Ketiga Luna Lovegood. Ketiganya sama mustahilnya didapatkan. Luna selalu ada di alamnya sendiri. Kadang perlu 5 menit untuk to the point dengan Luna. Itupun harus dengan kemauan keras tanpa merasa putus asa. Tapi Luna istimewa. Mau tidak mau dia mengakuinya. Ginny, berbeda dengan Luna, lebih mudah diajak bicara. Meskipun begitu, dengan segudang cowok yang mengantri untuk mendapatkannya, sama sulitnya mendapatkan mendapatkan tempat di hatinya dengan Luna. Sedangkan Hermione, Hermione suka pada Ron. Dia tahu itu. Diam-diam, dia selalu memperhatikan sikap Hermione sehingga dia tau, Hermione lebih mudah diluluhkan oleh Ron daripada Harry. Dan kini, ada Draco Malfoy. Neville mengepalkan tangannya. Belum Puaskah keluarga Malfoy menghancurkan hidupnya? Karena kakak dari ibu Malfoy, dia kehilangan masa kecil yang bahagia. Bellatrix Lestrange, bibi Malfoy, menyiksa orang tuanya sampai kehilangan akal sehatnya. Dan kini, Malfoy merebut hati gadis pujaannya. Dengan pikiran bahwa dia akan menonjok Malfoy besok pagi membuatnya merasa lebih nyaman Neville tertidur pada pukul 3 pagi.
***
“Hei Neville!” Panggil suara akrab Hermione ketika Neville akan memasuki kelas pertahanan terhadap ilmu hitam. Neville berbalik dan mendapati Hermione berlari ke arahnya. “Kenapa Hermione?” Tanya Neville sambil memasuki kelas sebelum memasuki kelas sebelum Hermione. Wajah Hermione merah karena berlari dan rambut coklatnya yang tergerai indah berantakkan. Gadis-gadis lain akan tampak berantakkan dalam kondisi seperti itu. Tetapi Hermione malah semakin manis… Pikir Neville. “Aku kesiangan. Terlalu banyak belajar mungkin.” Kata Hermione tersenyum lemah. “Namanya juga Mud-Blood. Harus kerja keras untuk melakukan sihir sederhana.” Kata Malfoy mengejek dari meja di kiri Neville. Hermione tersenyum tenang. “Setidaknya aku bisa melakukan sihir yang tidak bisa kau lakukan. Maaf Malfoy, aku tidak punya waktu melayanimu. Yuk Neville.” Kata Hermione meninggalkan Malfoy yang masih melotot pada Hermione.
***
“Hei Longbottom!” Panggil suara seseorang. Saat itu Neville sedang mengobrol dengan Ginny sambil berjalan ke kelas ramuan. “Pedekate dengan Miss Traitor-Blood Weasley rupanya? Mau kau apakan si tolol Lovegood?” Kata Malfoy dengan nada mengejek. “Jangan panggil Ginny Traitor-Blood dan Luna tolol.”Geram Neville kepada Malfoy. “Sudahlah Neville. Biarkan saja.”Ginny menarik tangan Neville sementara Malfoy and the gank tertawa terbahak-bahak. “Hai Michael!” Kata Ginny memandang Michael Corner penuh rasa sayang. “Bye Ginny. Aku harus mencari Luna.” Kata Neville yang langsung Melesat mencari Luna. “Hai Neville.” Suara melamun Luna terdengar dari belakang Neville. Luna tersenyum melamun. “Hai Luna, maaf, aku buru-buru.” Jawab Neville sambil memaki dirinya sendiri dalam hati. Tadi kan aku ingin mencari Luna! Kenapa tiba-tiba aku meninggalkannya! Pikir Neville sebal sambil masuk ke kelas ramuannya.
***
Pikiran itu lagi-lagi mengganggu Neville. Senyum tenang Hermione ketika memandang Malfoy. Senyum sayang Ginny ketika memandang Michael. Senyum melamun Luna. Dia sudah merelakan Ginny. Dia tau bahwa yang paling membuatnya bahagia adalah melihat orang yang disayanginya bahagia, sebagai diskriminasi penderitaannya melihat orang tuanya menderita. Ginny akan bahagia nanti. Pikirnya saat membayangkan akrabnya Ginny dengan Michael. Hermione… Neville yakin tidak akan adi di sisi Malfoy untuk saling menyayangi. Malfoy tidak pantas mendapatkan kasih sayang Hermione. Lagipula, dia tau bahwa sebenarnya, melebihi semua, Hermione menyayangi Ron. Tapi Luna tetap mendapat tempat istimewa di hati Neville.Hanya gadis itu yang ada di pikirannya saat dia tertidur.
***
“Hai Neville.” Sapa suara melamun yang sudah akrab di telinga Neville. “Hai Luna.” Jawab Neville membiarkan Luna berjalan sejajar dengannya. “Kau terlihat kurang tidur.”Kata Luna memerhatikan wajah Neville yang pucat, kurang tidur karena memikirkan Luna. Neville, yang merasa pipinya memerah, memalingkan wajahnya ke jendela yang memancarkan sinar mentari pagi. “Itu Ginny. Maaf Neville. Aku harus menemuinya.” Kata Luna sambil mempercepat langkahnya. “Mmm… Luna?”Panggil Neville. “Ya?” Jawab Luna menghentikan langkahnya sambil memandang Neville heran. “Eh… tidak. Aku hanya ingin bilang untuk hati-hati.” Jangan sampai aku harus kehilanganmu, tambah Neville dalam hati. “Baiklah.”Kata Luna tersenyum sambil menghampiri Ginny. Maaf, Luna. Pikir Neville pedih. Aku terlalu pengecut untuk mengakui perasaanku. Kuharap, suatu saat kau akan tau, bahwa aku mencintaimu. Dan pagi pun berlalu, membiarkan Neville dengan perasaan pedih di hatinya.
